blank
Chairman CT Corp, Chairul Tanjung saat pembukaan Rakernas SMSI III, di Jakarta, Rabu.foto sm.com/dok

JAKARTA– Harus disadari hadirnya Industri media saat ini telah menyatu dalam setiap personal yakni kebiasaan pembaca  dengan kecerdasan buatan. Dengan konten media yang dapat di personalifikasi dan hasil analisa behaviour  digunakan untuk menyajikan topik-topik bacaan yang memang ia minati.

“Personalized content (memanfaatkan) artificial intellegence. Dengan data yang diterima, media digital bisa tahu. Ada algoritma yang bisa memprediksi, jadi berita yang dibikin (disajikan) bener-bener personalized yang disukai dan dicari (oleh pembaca),” ungkap Chairman CT Corp, Chairul Tanjung saat pembukaan Rakernas SMSI III, di Jakarta, Rabu (25/7)

Media, kata CT, sekali lagi perlu berevolusi dengan adanya tantangan baru ini, karena hal itu adalah keniscayaan yang harus dihadapi seiring dengan kemajuan zaman. Agar bisa mengatur strategi untuk memenangkan kompetisi, para pelaku industri media diharap bisa memahami peta jalan pengelolaan media digital ke depan

Dalam era digital ini, kata CT, menjadi pemenang berarti menguasai sebagian besar pasar. Sebab, mereka yang berhasil menempati posisi puncak bisa menguasai sekitar 70 persen pasar, nomor dua sekitar 20 persen market, dan 10 persen pasar sisanya dibagi-bagi kepada sisa pemain. “Ini adalah keniscayaan sekarang, (sehingga) mesti pintar-pintar membaca peluang,” tegasnya.

CT percaya, tanpa sulit bagi media untuk bertahan. Ia mencontohkan bagaimana Kompas dan Jawa Pos berhasil melampaui perubahan zaman dari era media cetak menjadi media online.

“Kita tahu Kompas, Jawa Pos dulunya koran. Tapi mereka tahu mereka enggak akan survive kalau terus bertahan. Harga kertas terus naik, oplah menurun, iklan berkurang, mau gau movement. Mereka lantas buat kompas.com, jawapos.com. semua outlet sekarang bikin.com. ini proses metamorfosanya,” tandasnya.

Hindari Hoax Demi Bangsa

Dalam kesempatan yang sama, Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara terus mendorong media-media daring atau online agar aktif dalam menciptakan suasana kondusif dengan membuat berita-berita yang bisa dipertanggungjawabkan.

“Media daring yang profesional harus menghindari hoaks, Ada etika dalam semua profesi” katanya.

Menurut Rudi,  saat ini di Indonesia terdapat sekitar 43.000 media online yang mendistribusikan berita melalui media maya. Hanya saja baru sebagian kecil media online yang sudah terverifikasi di Dewan Pers.

Secara khusus, Rudiantara mengharapkan SMSI bisa mendorong anggota-anggotanya benar-benar profesional.

“Tahun 2019 sebagai tahun politik menginginkan media online ikut mewujudkan suasana kondusif . Mudah-mudah melalui rakernas ini teman-teman dapat membuat program yang menjaga keberadaan SMSI sebagai suatu serikat yang memberi nilai tambah dalam pers di indonesia,” harapnya.(suarabaru.id/sl)