blank
Ayam potong siap panen, (Suarabaru.id/dok)

 

MAGELANG- Ketersediaan ayam pedaging di tingkat pengepul setiap hari bisa mencapai 20-24 ton. Jumlah ini tersebar di tiga pengepul, dan pengepul terbesar Bu Tatik sebanyak 20 ton per hari. Sedang peternak tersebar di  lima lokasi dengan rata-rata 30-35 ribu ekor sekali tebar/peternak.

‘’Jumlah sebanyak ini sangat cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Kota Magelang. Tapi memang saat ini ada kenaikan harga dari tingkat peternak, sehingga dinilai memberatkan para pedagang,’’ kata Kepala Dinas Pertanian dan Pangan (Disperpa) Kota Magelang, Eri Sapto Widyoko di kantornya, kemarin.

Dia menerangkan, harga ayam pedaging dari tingkat peternak Rp 23.000/kg, dan Rp 26.000/kg di tingkat pemotong. Ketika sampai di penjual dan dijual ke konsumen dalam bentuk daging sudah mencapai Rp 35.000/kg.

‘’Normalnya dari peternak Rp 18.000/kg dan sampai konsumen kurang dari Rp 30.000/kg. Mungkin ini yang dirasa berat oleh pedagang karena marjin keuntungan sedikit, sehingga mereka pun memutuskan untuk tidak berjualan,’’ terangnya didampingi Kasi Peternakan Disperpa, Sugiyanto.

Eri menjelaskan, kenaikan harga ayam pedaging di tingkat peternak maupun daging ayam di tingkat pedagang masih wajar. Hal ini berdasarkan pasokan dan kebutuhan di masyarakat yang saat ini memang lebih banyak yang membutuhkan.

‘’Faktor supply dan demand saja. Untuk Kota Magelang, rasionya masih cukup di mana stok tersedia. Hanya saja, memang kebutuhannya yang lebih banyak, karena ada momen hajatan,’’ tuturnya.

Ditanya sikapnya mengenai pedagang tidak berjualan, Eri menerangkan, pihaknya  akan melakukan pemantauan dan pembinaan kepada para pedagang. Dirinya mengimbau para pedagang untuk tetap berjualan guna memenuhi kebutuhan masyarakat.

‘’Saya sudah bertemu para pedagang untuk pembinaan. Pertemuan ini sekaligus mengurai masalahnya sekaligus menerima masukan dari para pedagang,’’ungkapnya sambil berharap, pedagang secepatnya bisa berjualan lagi.

Sementara itu, Luis Lazuardi (33), salah satu pedagang nasi rames mengaku, sejak hari Sabtu (21/7) sampai Senin (23/7) kesulitan mencari ayam pedaging di pasar tradisional. Kalaupun ada pedagang, yang dijual bukan ayam pedaging, tapi ayam merah yang harganya juga termasuk tinggi.

‘’ Ada info para pedagang daging ayam di pasar mogok jualan, karena harganya mahal. Karena mendadak, kami pun susah mencari daging ayam. Padahal untuk jualan sehari-hari. Akhirnya beli yang ada saja, yakni daging merah agar warung tetap buka,” akunya.

Senada disampaikan Novi (28), pedagang ayam kremes. Dia mengemukakan, selama tiga hari terakhir sulit mencari daging ayam. Meski begitu, ia tetap bisa berjualan, karena memiliki stok beberapa kilogram daging ayam potong. Kalau stok sudah habis sulit mencari ayam pedaging, karena pedagangnya tidak berjualan. (Suarabaru.id/dh)