blank
Untuk memadamkan api kebakaran hutan di tapal batas Kabupaten Sukoharjo-Wonogiri, para relawan siaga becana dari berbagai komunitas yang tergabung dari TRC, merancang strategi untuk menghadapi medan perbukitan yang berat.(suarabaru.id/bp)

WONOGIRI – Dampak dari adanya tiupan angin kencang musim kemarau, menjadikan api kebakaran dari kabupaten tetangga, yakni dari wilayah Kabupaten Sukoharjo, meluas membakar areal hutan negara yang berada di wilayah Kabupaten Wonogiri. Meluasnya kobaran api, membakar hutan dengan tanaman pohon Pinus milik Perhutani di Petak 6 Badan Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Wonogiri, tepatnya di Dusun Ngemplak RT 3/RW 4, Desa Kepatihan, Kecamatan Selogiri, Kabupaten Wonogiri.
Menurut Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Wonogiri, Bambang Haryanto, Rabu (25/7), kebakaran hutan di lintas kabupaten ini, berlokasi di tapal batas Kabupaten Wonogiri dengan Kabupaten Sukoharjo. ”Nyala api semula terlihat berkobar di wilayah Kabupaten Sukoharjo, tapi kemudian karena ada tiupan angin, berkobar meluas ke wilayah hutan negara yang berada di Kabupaten Wonogiri,” jelasnya.
Disebutkan oleh warga Dusun Ngemplak, Desa Kepatihan, Kecamatan Selogiri, Kabupaten Wonogiri, semula titik api terlihat dari kejauhan berkobar di wilayah Kabupaten Sukoharjo, Selasa siang (24/7) pukul 13.00. Namun ketika datang terpaan angin kencang, Selasa petang (24/7), menjadikan kobaran api meluas membakar kawasan hutan yang berada di Kabupaten Wonogiri. Setelah sebelumnya, melintasi tapal batas Kabupaten Sukoharjo-Wonogiri. Karena sulit dipadamkan, terkait dengan medan perbukitan dengan tebing terjal dan tidak ada prasarana jalannya, menjadikan kobaran api meluas ikut membakar pula areal hutan milik rakyat.
”Lokasi kebakaran kondisi medannya berat, sulit untuk didekati orang yang berniat memadamkannya, juga sangat berbahaya dan beresiko bila petugas sampai mendekati ke titik kobaran api,” tegas Kepala BPBD Kabupaten Wonogiri, Bambang Haryanto. Tindakan yang dapat dilakukan, terbatas untuk melokalisasi api supaya tidak makin meluas. Caranya, dengan membuat ilaran (celah kosong) agar api tidak merembet ke wilayah baru. Langkah ini, sebagai upaya untuk mengantisipasi agar api tidak meluas ke wilayah pemukiman warga yang berada di kawasan tepi hutan. ”Api kemudian dapat berangsur padam setelah datang malam,” tandas Bambang Haryanto. Meski demikian, petugas gabungan terdiri atas relawan siaga bencana Tim Reaksi Cepat (TRC) BPBD Kabupaten Wonogiri, aparat Polsek dan Koramil, relawan dari Palang Merah Indonesia (PMI) dan Unit Sentra Komunikasi (Senkom) mitra Polri, serta dari Kecamatan Selogiri, bersama pamong desa dan warga masyarakat, tetap melakukan pemantauan untuk memonitor perkembangannya.
Pemicu kebakaran masih dalam penyelidikan petugas, tapi diduga kuat berasal dari api pembakaran sampah yang dilakukan oleh warga, dan sulit dipadamkan ketika berkobar meluas terkena tiupan angin. Kepala BPBD Kabupaten Wonogiri, Bambang Haryanto, menyatakan, ini menjadi kasus kebakaran hutan yang keenam kalinya dalam kurun waktu dari Bulan Januari sampai Tanggal 25 Juli 2018 di Kabupaten Wonogiri. ”Untuk kebakaran hutan sudah terjadi sebanyak enam kali di Kabupaten Wonogiri, kemudian untuk kebakaran rumah, kios dan toko, selama kurun waktu tujuh bulan terakhir ini, sudah terjadi sebanyak sembilan kali,” jelas Bambang Haryanto.(suarabaru.id/bp)