blank
Dandim 0728 Wonogiri Letkol (Inf) M Heri Amrulloh (kanan) memimpin penanaman semangka di areal Demplot Dusun Krisak, Desa Singodutan, Kecamatan Selogiri, Kabupaten Wonogiri, yang memanfaatkan lahan tidur persawahan.(suarabaru.id/bp)
WONOGIRI – Dandim 0728 Wonogiri, Lektol (Inf) M Heri Amrulloh, tampil memprakarsai pembuatan kebun demonstrasi plot (Demplot) budidaya penanaman semangka (watermelon) varietas unggul. Ini dilakukan, untuk memanfaatkan lahan tidur pada musim kemarau yang sekarang tengah berlangsung. Lokasinya di areal sawah di Dusun Krisak, Desa Singodutan, Kecamatan Selogiri, Kabupaten Wonogiri, Demplot ini diharapkan menjadi contoh agar dapat ditiru petani dalam memanfaatkan lahan sawahnya di musim kemarau, yang biasanya hanya dibiarkan ‘bera’ (diterlantarkan) karena minimnya suplai air irigasi.
Tanaman semangka atau tembikai (Citrullus lanatus), merupakan tanaman merambat yang berasal dari daerah setengah gurun di Afrika bagian selatan. Tanaman yang masih sekerabat dengan labu-labuan ini, tidak memerlukan air dalam jumlah banyak, sebagaimana keperluan irigasi ketika menanam padi. Cocok untuk dibudidayakan pada lahan sawah yang minim suplai irigasinya, dan secara ekonomis hasil dari komoditas semangka cukup menjanjikan.
Didampingi pemilik lahan, Sapto Parjoko, Dandim 0728 Wonogiri Letkol (Inf) M Heri Amrulloh, menjelaskan, Demplot tersebut menempati lahan seluas 6.400 meter, dengan jumlah tanaman sebanyak 3.500 bibit varietas ‘body black seedless’ atau semangka berkulit hitam tanpa biji. ”Sekarang ditanam, tiga bulan mendatang dapat dipanen, atau sekitar pada Bulan September,” jelas Sapto, Jumat (20/7).
Kegiatan penanaman semangka di lahan Demplot ini, dihadiri Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Wonogiri, Safuan, Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa (PMD) Wonogiri, Semedi Budi Wibowo, Camat Selogiri, Sigit Purwanto, Danramil-02 Kapten (Inf) Sunardi bersama unsur Forkompincam Selogiri.
Sapto Parjoko, menyatakan, setiap batang mampu memberikan panen dua buah semangka dengan berat masing-masing 3,5 – 4 Kilogram (Kg). Mulai tahap penyediaan benih, pengolahan tanah, penanaman, pemupukan, perawatan, sampai kelak dipanen, mendapat pendampingan dari tenaga ahli berpengalaman, agar kualitasnya terjaga. ”Untuk air irigasinya, kami memakai mesin pompa,” terang Sapto Parjoko. Soal pemasarannya tidak masalah, karena telah menjalin kerja sama kemitraan dengan pembeli, yang bersedia membeli dengan harga Rp 8 ribu/Kg. Bila kelak produksinya mencapai 21.000 Kg, maka pendapatan yang diperoleh mencapai Rp 168 juta. Dikurangi biaya produksinya Rp 42 juta, maka akan diperoleh keuntungan Rp 126 juta.
Menurut Dandim, Demplot budidaya semangka ini, baru pertama kalinya dilakukan. Bila produksinya bisa dimaksimalkan, keuntungan yang diperoleh sangat besar, dan ini diharapkan dapat diikuti oleh para petani, agar pendapatan yang diperoleh dari usaha tani dapat ditingkatkan. ”Supaya kesejahteraannya meningkat,” tandas Dandim. Yang lebih penting lagi, budidaya semangka ini memiliki nilai tambah, karena dilakukan di lahan tidur. Dengan demikian, ketahanan pangan masyarakat dapat diwujudkan, yang itu akan mendukung terciptanya keamanan negara. Di sisi lain, diharapkan dapat menjadi alternatif dalam upaya mengurangi jumlah warga yang merantau ke kota.(suarabaru.id/bp)