blank
Direktur LSI Denny JA, Sunarto Ciptoharjono.

SEMARANG – lingkaran Survey Indonesia (LSI) Denny JA, Kamis (21/6) memaparkan hasil survey yang dilakukan terhadap pelaksanaan Pilgub Jateng 2018.

Survey yang dilaksanakan terhadap 440 orang reponden di Jawa Tengah dan dilaksanakan pada tanggal 7-13 Juni ini disimpulkan bahwa Ganjar Yasin unggul 54,0 persen dibanding Sudirman Said-Ida Fauziyah yang hanya memperoleh 13,0 persen.

“Melihat hasil survey kali ini, kami memprediksi Ganjar selangkah lagi menuju dua periode,” ungkap Direktur LSI Denny JA, Sunarto Ciptoharjono di Hotel Grand Candi Semarang. Dia menegaskan, margin eror survey yang dilakukan hanya sekitar 4,8 persen.

Lebih lanjut Sunarto menjelaskan, peta dukungan massa grassroot partai banyak yang kurang solid. Yang paling mencolok adalah PKB. Massa partai pengusung SS-Ida ini justru mendukung Ganjar-Yasin untuk menjabat sebagai pemimpin Jateng. Terhitung ada 41,18 persen yang mendukung Ganjar-Yasin. Sementara yang mendukung SS-Ida hanya 17,65 persen.

Dari seluruh parpol, massa grassroot partai yang paling banyak mendukung SS-Ida hanya Partai Gerindra. Itu pun hanya 46,05 persen. Suara grassroot Gerindra yang disedot Ganjar-Yasin tembus 28,95 persen.

“Yang perlu digarisbawahi, massa partai itu hanya grassroot. Bukan elite politiknya,” jelasnya.

Dalam survey itu, juga diketahui jika distribusi pemilih berdasarkan organisasi Islam, tetap berpihak kepada paslon nomor urut 1.

Ganjar-Yasin berhasil menarik massa Nahdlatul Ulama (NU) hingga 62,83 persen. Sementara SS-Ida hanya kebagian 8,92 persen. Sisanya belum menentukan pilihan.

Di kalangan Muhammadiyah, 29,09 persen juga mendukung Ganjar-Yasin. 10,91 persen mendukung SS-Ida. Sisanya yang 60 persen, belum menentukan pilihan.

Massa pendukung Ganjar-Yasin tetap tinggi jika dilihat dari kategori partai nasionalis dan partai berbasis Islam. Untuk partai nasionalis, Ganjar-Yasin mendapat porsi 65,85 persen. Sementara partai berbasis Islam 41,18 persen.

“Pilgub sudah tinggal hitungan hari. Nyaris mustahil ada migrasi massa yang besar-besaran,” jelasnya.

Sunarto mengakui, SS-Ida tetap punya kesempatan untuk merebut suara. Hanya saja, butuh strategi dan kerja ekstra keras.

“Kalau melihat waktu yang sangat mepet, perebutan massa hanya bisa dilakukan dengan serangan. Apa yang menjadi kelemahan lawan, akan di-attack,” bebernya.

Meski begitu, serangan frontal tersebut sangat riskan. Sebab, jika masyarakat tahu kebenarannya, serangan yang dilancarkan justru jadi bumerang.

Soal isu kasus korupsi E-KTP yang selama ini menjadi ‘’batu sandungan’’ Ganjar, misalnya. Jika dilihat dari hasil survey, banyak yang tidak percaya Ganjar terlibat dalam bagi-bagi uang megakorupsi tersebut.

“Dari survey yang kami lakukan, memang ada 74,5 persen masyarakat yang pernah mendengar kasus E-KTP. Tapi dari angka itu, 48 persen yakin kalau Ganjar tidak terlibat kasus tersebut.

Yang percaya hanya 13,9 persen. Artinya, jika lawan politik terus menggoreng isu E-KTP, migrasi massa yang terjadi hanya 13,9 persen itu,” paparnya.

Selisih Signifikan

Hasil survey harian DPD PDI Perjuangan Jateng juga menunjukkan ada selisih suara yang besar antara Ganjar-Yasin dan Sudirman-Ida. Pasangan Ganjar Pranowo-Taj Yasin diprediksi menang telak dalam Pilgub Jateng 27 Juni 2018.

Pada survey 19 Juni 2018 menunjukkan Ganjar-Yasin meraih 65,5 persen suara. Sementara Sudirman-Ida 22,8 persen. Sedangkan responden yang belum menentukan pilihan atau rahasia sebanyak 11,7 persen.

“Kita lakukan survey setiap hari hingga 26 Juni,” kata Ketua DPD PDI Perjuangan Jateng, Bambang Wuryanto.

Dia mengatakan survey dilakukan dengan wawancara langsung responden melalui telepon. Survey harian tersebut menggunakan teknik multi stage random sampling. Jumlah sampel yang dianalisis 700 responden.

“Penarikan sampel dilakukan secara acak dan proporsional berdasarkan frame database responden di tiga survey terakhir,” ujar Sekretaris Fraksi PDI Perjuangan DPR RI ini.

Menurut Bambang, survey memiliki margin of error 3,8 persen dengan selang kepercayaan 95 persen.

Pria yang akrab disapa Bambang Pacul itu menambahkan survey harian dilakukan atas dasar ilmu dari Galup Consulting, Korea Selatan, dengan disesuaikan tim internal partai.

Dikatakan, survey selama ini mengikuti pola time series, dibutuhkan waktu relatif panjang dari penentuan sampel, pengambilan sampel, sampai dengan pengolahannya. Biasanya butuh kurang lebih 10 hari.

“Hari ini Tim PDI Perjuangan Jateng sudah bisa mengubah menjadi real time, memangkas hari dari sekitar 10 hari menjadi 1 hari,” tandasnya.

Fungsi hasil survey harian adalah early warning sistem. Sehingga perubahan peta kekuatan di lapangan bisa langsung diantisipasi.

“Yang pasti, karena harian, perubahan di lapangan bisa langsung terbaca. Tinggal aksi apa yang harus dilakukan,” kata politisi asal Sukoharjo tersebut. (SuaraBaru.id/slk)