blank
Pantai Teleng Ria, Pacitan, Jatim, memiliki bibir pantai berpasir lembut, menghampar luas memanjang sekitar 2,5 Kilometer. Banyak pelancong yang ramai-ramai mandi laut, belajar surfing atau asyik membuat aneka patung pasir di bibir pantai.(suarabaru.id/bp)
PACITAN – Obyek wisata Pantai Teleng Ria di Jalan WR Supratman, Desa Sidoharjo, Kecamatan Pacitan, Kabupaten Pacitan, Jatim, memiliki pula area Kampoeng Cemara. Yakni lahan pantai yang rimbun ditumbuhi pohon cemara, cocok untuk santai para wisatawan sambil menikmati bekal makan minumnya bersama keluarga.
Di musim Lebaran Idul Fitri,  banyak pelancong membanjiri tempat rekreasi Pantai Teleng Ria, yang lokasinya mudah dijangkau dengan kendaraan pribadi atau angkutan umum. Mereka yang datang, tidak saja wisatawan lokal, tapi banyak pula pendatang dari berbagai kota di Jateng, Jatim dan Jabar.

”Kami bersama keluarga datang dari Bandung,” tutur Dadang. Pria berusia 50 tahun yang tinggal di Kota Kembang yang terkenal dengan sebutan ‘Paris Van Java’ ini, menyatakan, tertarik dengan pemandangan Pantai Teleng Ria. Bersamaan dengan acara mudik silaturahmi halalbihalal Hari Raya Lebaran Idul Fitroi 1439 H, Dadang bersama istri dan anak-anaknya, menyempatkan berekreasi ke Pantai Teleng Ria.

Memiliki garis horizon eksotis yang memanjang 2,5 Kilometer, Pantai Teleng Ria membentang dari Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI) Pantai Tamperan ke arah timur. Pemkab Pacitan, Jatim, membakukan kawasan seluas 4 Ha bibir Samodera Indonesia yang dikepung oleh perbukitan Gunung Limo di sisi depan bagian kiri dan kannya tersebut, menjadi Beach Resort sebagai pusat destinasi wisata bahari..

Bibir pantainya landai berpasir lembut, para wisatawan dapat bermain air laut dan belajar surfing dengan pengawasaan petugas Life Guard atau penjaga pantai. Di Kampoeng Cemara, pelancong dapat duduk-duduk santai menikmati semilir angin laut yang konon dapat untuk pengobatan enyakit asma. Juga dapat menyaksikan nelayan yang berlabuh setelah mencari ikan. Para pelancong, juga dapat menikmati aneka kuliner di resto tepi pantai, dan anak-anak dapat bermain di Kampoeng Air atau Water Park Teleng Ria.

Pada saat musim keramaian pengunjung di Hari Raya Lebaran Idul Fitri, pengelola wisata Pantai Teleng Ria, menyajikan pula hiburan tambahan berupa panggung musik dangdut, dengan mendatangkan para bintang tamu biduanita dari berbagai kota di Jatim. Warung-warung yang menjajakan minuman kelapa muda, di deret kios sisi barat dijual aneka produk hasil tangkapan nelayan, berupa aneka jenis ikan, cumi-cumi dan rumpu laut.
Juga banyak tersedia lapak penjualan batu akik. Belasan pedagang batu akik, menjajakan aneka komoditas batu mulia, termasuk akik jenis Red Baron dan batu akik bergambar yang menjadi batu akik khas Pacitan. ”Ini dulu harganya biasa Rp 2 juta, tapi sekarang karena tidak lagi musim akik, harganya cukup Rp 200 ribu saja,” tutur Atmo, penjaja dan sekaligus pengrajin batu akik di Pantai Teleng Ria.
Harga tiket masuk ke kawasan wisata bahari Pantai Teleng Ria per orang Rp 15 ribu. ”Ini sudah termasuk tiket masuk ke Warter Park,” jelas Joko salah seorang portir yang bertugas di loket masuk pintu satu. Pelancong juga dapat naik kereta bendi beroda dua yang ditarik seekor kuda, menyusuri bibir pantai. ”Ongkosnya Rp 40 ribu,” tutur Darto, kusir kereta bendi asal Arjowinangun, Pacitan Kota.
Pedagang layang-layang asal Solo Baru, Ahus, datang ke Teleng Ria menjajakan aneka dagangan layang-layangnya. Harganya bervariasi dari Rp 35 ribu, Rp 50 ribu dan Rp 80 ribu. Jenis layang-layang berbentuk Kucing Meong Helo Kity dan Spiderman dijual Rp 80 ribu, bahannya dari kain parasit. ”Dijamin dapat diterbangkan,” tuturnya.

Akhir Tahun 2017 lalu Pantai Teleng Ria dilanda banjir, dampaknya menjadikan kondisi bibir pantai mengalami perubahan karena tergerus air banjir yang meluap dari Sungai Grindulu. Banjir telah merubah kontur (contour) bibir pantai, hamparan tanah pantai yang dulu dijadikan lahan parkir, kini berubah menjadi cekungan memanjang berair yang menjadi penghalang pengunjung mendekat ke bibir pantai.
Cekungan bekas gerusan arus banjir tersebut, bagai membentuk alur sungai baru sedalam 2 meter, lebar 10 meter dan panjang sekitar 500 meter. Pihak pengelola membangun jembatan senggol berkerangka kayu dan titian bambu. Sisa banjir masih membekaskan adanya tonggak-toggak pohon besar berserakan di kawasan pantai, meski upaya membersihkannya telah berulangkali dilakukan.(suarabaru.id/bp)