blank
Ratusan pemedak (umat Hindu) menggelar ritual piodalan di Pura Puncak Jagad Spiritual, di puncak bukit Dusun Mudal, Desa Gebangharjo, Kecamatan Pracimantoro, Kabupaten Wonogiri
WONOGIRI – Ritual piodalan Pura Puncak Jagad Spiritual, di puncak bukit Dusun Mudal, Desa Gebangharjo, Kecamatan Pracimantoro (50 Kilometer arah barat daya Kota Wonogiri), digelar Rabu siang (13/6). Yang dalam Kalender Bali, bertepatan dengan hari Pasah Wage, Sasih (Sasi) Sadha Wuku Langkir Tahun Saka 1940.
Kegiatan keagamaan ini, diikuti oleh ratusan umat Hindu (pemedak) yang datang dari Solo Raya, Yogyakarta, Cirebon, Salatiga, Semarang dan Bali. ”Mereka tidak diundang, tapi sukarela datang karena tahu tentang agenda piodalan di Pura Puncak Jagad Spiritual ini,” ujar Kepala Pecalang (Scurity) Nyoman Duarta.
Para pemedak duduk secara lesehan, untuk melakukan ritual Muspa (sembahyangan memakai sarana bunga dan dupa serta banten pejati) massal, di pelataran depan bangunan induk Padmasari, yang menghampar sampai gerbang Candi Bentar. Piodalan merupakan wujud bhakti sebagai upaya mencapai jagadhita.
Yang dalam Babad Bali, Piodalan juga disebut sebagai Petirtayan, Petoyan, dan Puja wali. Ritual ini, utamanya sebagai upacara dewa yadnya dan merupakan upacara yang ditujukan ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, dengan segala manifestasinya melakukan puja bhakti yang dipimpin oleh seorang Pemangku, yakni pemimpin pura atau tempat suci, dengan cara Nglinggayang atau Ngerekayang (Ngadegang).
Arti Piodalan berasal dari kata wedal, yang artinya keluar, turun atau dilenggakannya. Yang dalam hal ini, pengertiannya disebutkan, Ida Sang Hyang Widhi Wasa dengan segala manifestasinya yang keluar dari kahyangan dan dilinggakan atau diistanakan, menurut hari yang telah ditetapkan untuk tempat-tempat suci seperti yaitu pura, agar umat dapat melaksanakan persembahyangan.
Pelaksanaan piodalan, diawali dengan penyucian Ida Bhatara di Beji, sebelum piodalan dilaksanakan, seluruh arca atau pramita sebagai simbol Hyang Widhi yang sakral, disucikan terlebih dahulu oleh seluruh krama yang dipimpin oleh Pemangku sebagai sulinggih di pura tersebut
Dalam Kalender Bali, Piodalan dibakukan sebagai  perayaan hari suci di pura, yang dilakukan secara periodik, dengan mendasarkan perhitungan yang mengacu pada sasih (bulan) dan wuku. Biasanya, bersamaan dengan bulan purnama sidi yakni tanggal 15 saat bulan tampil penuh bersinar. Hanya saja, untuk piodalan Pura Puncak Jagad Spiritual Tahun 2018 ini, dilakukan bersamaan tilem (akhir bulan berdasarkan kalender Bali).
Tahun-tahun lalu, ritual Piodalan Pura Puncak Jagad Spiritual selalu dipimpin Duaji I Gde Dewa Nuaba dari Bali, selaku Pemangku. ”Tapi karena Duaji baru sakit, maka digantikan oleh Pemangku Ketut Suranaga,” tutur I Nyoman Duarta. Ketua Parisada Hindu Dhrama Indonesia (PHDI) Kabupaten Wonogiri I Putu Dewabrata, mengatakan, ritual piodalan yang juga dijadikan momentum perayaan ulang tahun pura, digelar setiap tahun di Pura Puncak Jagad Spitual, Dusun Mudal, Desa Gebangharjo, Kabupaten Wonogiri. Pura Puncak Jagad Spiritual dibangun di salah satu puncak bukit di sisi barat Museum Karst Indonesia (MKI), oleh pemedak yang tergabung dalam Koperasi Adil pimpinan Duaji I Gde Dewa Nuaba. Itu dilakukan, atas permintaan Pemkab Wonogiri di era kepemimpinan Bupati Begug Poernomosidi, yang merancang pembangunan aneka bangunan monumental tempat-tempat ibadah di perbukitan Dusun Mudal, sebagai pusat wisata religi Jagad Spiritual.(bp)