blank
Anggota PGRI Kota Magelang mengikuti Workshop Publikasi Ilmiah, SMNet/dok

MAGELANG- Gerakan solidaritas ‘peduli guru Budi’ yang digalang PGRI Kota Magelang berhasil mengumpulkan dana sebesar Rp 29.660.000. Pengumpulan dana itu dilaksanakan sejak 5-13 Februari 2018, dengan sumbangan minimal Rp 2.000. ‘’Gerakan  ini sebagai bentuk keprihatinan, rasa duka yang mendalam,  serta untuk meringankan beban keluarga yang ditinggalkan,’’ kata Ketua PGRI Kota Magelang, Sumartono, Rabu (14/2).

Meninggalnya guru Ahmad Budi Cahyono (26), setelah dianiaya muridnya HI (17) di SMAN 1 Kecamatan Torjun, Kabupaten Sampang, Madura, Jatim, mengundang keprihatinan dan kesedihan bagi semua tenaga pendidik, termasuk para guru di Kota Magelang.

Apalagi setelah diketahui bahwa status korban di sekolah tersebut adalah  guru honorer dengan gaji di bawah UMR, yaitu Rp 400.000 per bulan. Istrinya Sianit Shinta (22) saat ini sedang hamil empat bulan.

Sumartono menerangkan. selain anggota PGRI,  ikut pula menyumbang melalui  gerakan soliaritas ‘peduli guru Budi’ adalah para murid dari berbagai sekolah. ‘’Ini yang di luar dugaan saya. Ternyata siswa juga prhatin dan berduka  atas peristiwa itu,’’ ungkapnya.

Ditanya bagaimana cara mengirimkan dana tersebut, dia yang juga menjabat Asisten Ekonomi, Pembangunan dan Kesra Pemkot Magelang, masih membicarakan dengan pengurus PGRI lainnya. ‘’Antara dua, bisa melalui transfer bank tapi kami harus minta rekening istri almarhum, atau mengirim utusan ke Madura untuk menyerahkan langsung kepada istrinya,’’ tuturnya.

Untuk mencegah peristiwa seperti itu terjadi lagi, Sumartono meminta pelajaran budi pekerti lebih digalakkan baik di rumah maupun di sekolah. Sebab, budi pekerti merupakan induk dari segala etika, tata krama, tata susila, perilaku baik dalam kehidupan, pergaulan dan pekerjaan sehari-hari.

‘’Budi pekerti harus ditanamkan sejak awal dalam lingkungan keluarga oleh orang tua kepada anaknya, dilanjutkan dalam lingkungan sekolah dan masyarakat sekitar,’’ tuturnya.

Menurutnya, penanaman budi pekerti harus mengarah kepada pembentukan budi pekerti luhur,  sehingga  menjadi bagian dari budaya hidup. Selaras dengan hal itu, Kementerian  Pendidikan dan Kebudayaan  telah merumuskan 18 nilai karakter bangsa yang harus ditanamkan dalam diri peserta didik,  sebagai upaya membangun karakter bangsa melalui pendidikan di sekolah atau madrasah.

‘’Ke 18 nilai karakter bangsa itu meliputi religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu,  semangat kebangsaan atau nasionalisme, cinta Tanah Air, menghargai prestasi, komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial dan tanggung jawab.

‘’Untuk mewujudkan karakter budi pekerti yang sesuai dengan nilai karakter bangsa tersebut,  peserta didik harus mengikuti kegiatan kepramukaan di sekolah,’’ tegasnya. (SMNet/dh)