blank

DJO Koplak kini sudah sarjana dan menjadi dosen di sebuah PTS di Semarang. Dia dulu sekolah di sebuah SMP swasta favorit di Semarang. Teman-temannya sekarang sudah banyak yang jadi orang. Ada yang jadi dokter, insinyur, pengusaha, pedagang, dan sebagainya.

Nah, kisahnya, dulu Djo Koplak punya teman SMP bernama Benggol. Badannya besar dan kesannya methekol. Waktu itu Djo masih dikenal sangat alim. Tidak pernah ramai di kelas, nilainya juga selalu bagus, tidak pernah bermasalah dengan temannya, apalagi ribut sampai berkelahi. Padahal masa itu, berkelahi dengan teman sekolah menjadi sebuah menu wajib. Dan, biasanya dikompori oleh teman-temannya.

Djo yang terkesan jirih atau penakut itu, dipanas-panasi. Pongkring mengatakan kalau si Benggol ingin njotosi Djo, karena kalau ulangan tidak pernah mau memberi tahu. Djo takut setengah mati, apalagi melihat badan Benggol yang tinggi besar. Akhirnya benarlah, Djo jadi digitik oleh si Benggol, dan tidak berani melawan. Dia nggledhag di kelas, dan akhirnya Benggol dan Djo dibawa ke ruang kepala sekolah untuk diinterogasi.

Sejak itulah muncul dendam pada diri Djo, tetapi tidak jua bisa menyampaikan pembalasan. Bahkan sampai mereka lulus, bahkan sampai SMA tamat. Tetapi Djo masih menyimpan dendam mendalam pada Benggol. Maka sejak kasus pemukulan di kelas itu, diam-diam dia ikut olahraga bela diri. Kemudian ketika SMA bahkan ikut latihan tinju. Sempat pula dia bertanding di TV Indosiar, walaupun tidak untuk tayang. Dia mengisi partai tambahan sebelum siaran live berlangsung. Djo benar-benar sudah tidak jirih lagi.

Nah, ketika dia lagi jalan-jalan, ternyata ketemu Benggol teman SMP yang sudah berpisah sekitar 10 tahun. “Hai Benggol, apa kabar?” tanya Djo dengan lembut, tetapi sebenarnya hatinya masih terluka parah.

“Baik, apa kabar Djo?” jawab Benggol.

“Kabar buruk!” ujar Djo sambil menjotos wajah Benggol, dan memukulinya bertubi-tubi. “Aku dendam sama kamu sejak lebih sepuluh tahun lalu. Ini kesempatan membalas walaupun kita sama-sama sudah tua,” ujar Djo.

Benggol tak sempat membalas, dan tampaknya memang tak berani membalas. Karena tahu Djo kini jadi petinju. Walah-walah, sudah tua kelakuannya masih bocah.

Widiyartono R