blank
Ketua MUI Wonosobo ketika memberikan taushiyah di hadapan ASN di Pendopo Bupati setempat. Foto : SB/Muharno Zarka

WONOSOBO(SUARABARU.ID)-Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Wonosobo Dr KH Muchottob Hamzah MM meminta setiap jabatan di Pemkab setempat diisi oleh Aparatur Sipil Negara (ASN) terbaik.

“Jika pejabatnya baik, pasti anak buahnya juga akan baik. Kebaikan dari atasan akan berpengaruh atau merembes sampai ke bawahan atau anak buahnya,” ujar Abah Khotob yang juga Rektor Unsiq Jateng di Wonosobo itu.

Permintaan tersebut disampaikan karena saat ini Pemkab Wonosobo, tengah menyeleksi 55 ASN untuk menduduki Jabatan Tinggi Pratama (JTP) untuk beberapa Kepala Dinas dan Staf Ahli Bupati Wonosobo.

“Seleksi calon pejabat harus dilakukan secara transparan dan profesional. Keterbukaan dan profesionalisme dalam seleksi JTP akan menghasilkan pejabat yang bersih dan akuntabel,” katanya.

KH Mukhotob Hamzah juga menyampaikan banyak hal tentang kehidupan manusia. Terkait ibadah, pekerjaan, kewajiban dan hak, cita-cita atau visi dan hubungan antara manusia dengan Allah SWT maupun dengan sesama manusia yang lain.

“ASN harus mempunya visi yang jauh dalam bekerja. Bukan hanya visi sebatas lama jabatan saja. Namun lebih jauh lagi hingga memikirkan sesudah mati, saat setelah meninggalkan kehidupan dunia ini,” sebutnya.

Pertanggungjawaban

blank
Ketua MUI Wonosobo, Dr KH Mukhotob Hamzah MM. Foto : SB/Muharno Zarka

Karena, sambungnya, siapa pun nanti akan diminta mempertanggungjawabkan apa yang telah dilakukan di dunia. Apa yang telah dilakukan selama menjadi pejabat pasti akan dipertanyakan di akherat.

“Orang yang cerdas menurut Rasululloh, adalah orang yang berfikir jauh. Memiliki visi jauh ke depan hingga setelah mati. Di setiap pekerjaan harus di landasi ibadah. Dengan landasan tersebut semua akan terasa ringan dan pasti ada barokah,” cetusnya.

Bilai-nilai ibadah, tambahnya, harus melekat pada setiap pekerjaan, langkah, dan tindakan. Jika menjadi sorang pimpinan harus melekat disetiap kebijakan yang diambil.

“Yang terpenting pemimpin harus bisa membedakan antara kewajiban dan hak. Saat ini yang terjadi kebanyakan mendahulukan hak daripada kewajiban.
Islam tidak mengajarkan hal itu, tapi lakukan kewajiban. Tunaikan yang baik dulu baru hak kemudian,” paparnya.

Menurutnya, jabatan akan datang jika kewajiban telah ditunaikan dengan baik. Karena setelah kewajiban ditunaikan ada pertanggungjawaban, dan bukan hanya kepada pimpinan saja namun kepada Allah SWT.
.
“Seorang ASN yang mendahulukan kewajiban tidak akan punya ambisi memaksakan diri dalam jabatan. Bisa menempatkan atau memposisikan diri layaknya di mana. Jika hanya sekadar keinginan tidak akan menjamin. Karena sudah ada kapasitas sendiri-sendiri”, tegasnya.

Muharno Zarka-Wahyu