blank
Kepala SMP PGRI Jekulo Harry Susilo saat menunjukkan seragam yang akan diberikan gratis bagi siswa baru.foto:Suarabaru.id

KUDUS (SUARABARU.ID) – Di saat sekolah lain ribut-ribut PPDB, kondisi memprihatinkan dialami SMP PGRI Jekulo. Sekolah yang berada di Jl KH Ali Sanusi Tambakjaya, Desa Jekulo, Kecamatan Jekulo ini belum mendapatkan satu pun siswa baru yang mendaftar.

Kepala SMP PGRI Jekulo, Harry Susilo menyampaikan, ‎hingga saat ini belum ada siswa yang mendaftarkan diri secara administratif.

“Tapi ada beberapa yang sudah menanyakan, dan tertarik mau sekolah. Tapi untuk yang daftar mengisi formulir belum,” ujar dia, saat ditemui di kantornyaSenin (6/7).

Harry mengungkapkan, kondisi tersebut hal yang biasa terjadi di sekolahnya selama lima tahun terakhir. Namun demikian, kondisi tersebut tidak membuatnya menjadi resah.

“Setiap tahun memang kami kekurangan siswa saat PPDB. Tapi, alhamdulillah, saat proses belajar mengajar berjalan, selalu ada tambahan siswa yang merupakan pindahan dari sekolah lain,”tandasnya.

Untuk itu, kata Harry, dirinya tidak membatasi waktu pendaftaran di sekolahnya. Sehingga, sewaktu-waktu ada siswa baru yang mau bersekolah, pihaknya siap menerimanya.

Untuk menarik minat siswa, pihaknya sudah melakukan sosialisasi dengan memasang spanduk penerimaan siswa baru.

Termasuk menggunakan promosi digital melalui media sosial untuk menggaet peserta didik baru.

“Kami sosialisasi lewat media sosial sudah kami lakukan, dan menggunakan jejaring alumni juga sudah,” ujar dia.

Bahkan, kata Harry, sekolahnya juga tidak memungut biaya pendaftaran. Setiap siswa yang masuk ke sekolah tersebut dijamin bebas biaya karena menggunakan bantuan operasional sekolah (BOS).

“Kami juga memberikan seragam sekolah secara gratis tanpa dipungut biaya. Kami berikan seragam batik, pramuka, dan olahraga. ‎Biaya juga tidak ada, karena ada dana BOS,” jelas dia.

Selalu Bertambah

Meski belum ada pendaftar, namun Harry mengaku masih tetap tenang. Sebagaimana terjadi di tahun-tahun sebelumnya, Harry yakin jika pada pertengahan tahun ajaran akan ada banyak siswa yang kemudian belajar di sekolahnya.

“Ya bisa jadi pindahan dari sekolah lain, atau ada yang mendaftar baru,”tandasnya.

Kondisi tersebut dibuktikan dengan siswa kelas IX yang diluluskan tahun ini. Menurutnya, pada saat awal pendaftaran, di kelas tersebut hanya ada tiga siswa. “Saat menginjak kelas IX, dari tiga orang siswa bertambah menjadi 25 siswa. Dan semuanya lulus,”ujarnya.

Saat ini, kata Harry, jumlah siswa yang masih tercatat di sekolahnya sebanyak 25 anak, yang terdiri dari kelas delapan sebanyak sembilan orang dan kelas sembilan sebanyak 16 orang.

Menurutnya, meski kebanyakan siswa di sana ‎memiliki status sosial menengah ke bawah. Namun tidak sedikitnya juga yang sukses.

Lulusan sekolah tersebut, kata dia, sudah ada yang menjadi kepala desa, dan bekerja di Kantor Bea Cukai. “Kemarin juga ada yang menghubungi saya mau membuat reuni, sekarang sudah bekerja di Kantor Bea Cukai,” ujarnya

‎Sementara itu, Guru Pendidikan Agama Islam, Zainal Arifin mengatakan kebanyakan anak-anak kurang menyukai pelajaran yang terlalu banyak teori dan hanya berada di dalam kelas.

Kebanyakan mereka memilih untuk praktek langsung gerakan salat, tayamum, dan lain sebagainya.

“Mereka lebih suka praktek langsung daripada disuruh belajar di dalam kelas. Kadang saya ajak praktek di musala, dan mereka Agamanya rata-rata bagus,” ujarnya.

Biarpun sampai sekarang masih belum ada siswa yang mendaftar menjadi peserta didik baru. Namun pihaknya optimis akan ada siswa baru. “Saya percaya nanti akan ada yang mendaftarkan. Mungkin ini belum saja,” jelas dia.

Tm-Ab