blank

JENG Minul, isteri Djo Koplak, setiap pagi sering ribut membangunkan Djo dari tidur, karena sang suami sering bangun kesiangan, sehingga kelabakan ketika akan berangkat ke kantor. Pukul 06.00 baru bangun, pukul 07.00 tepat harus sudah sampai di kantornya, di Jalan Pemuda Semarang. Jadi mesti gedhubrakan.

Makanya, Jeng Minul yang kebiasaannya bangun pagi-pagi jam 05.00, sekitar jam 05.30 sudah mulai start meneriaki Djo agar segera bangun. Kebiasaan Djo yang bangun siang ini, karena waktu malam hari tidurnya pun terlalu larut.

Maklum, hampir setiap malam Djo sering duduk-duduk di Pos Kamling depan rumahnya, sambil ngobrol ngalor ngidul bersama tetangga, sampai dini hari. Jam 01.00 atau 01.30, Djo baru masuk rumah dan tidur.

Suatu pagi, Jeng Minul yang bangun pukul 05.00 mengais sisa-sisa nasi yang ada di warmer jar (atau penghangat nasi) yang terletak di atas meja makan. Nasi itu sisa makan malam sebelumnya. Sisa nasi itu ditempatkan di tampah atau tampir untuk dijemur. Setelah kering, nantinya bakal menjadi nasi aking, bisa digoreng jadi cemilan, atau dijual ke Yu Gembil untuk pakan ayam.

Nah, nasi yang sudah ditempatkan di tampah itu lalu dibawa keluar. Tetapi karena belum ada sinar matahari, untuk sementara ditaruhnya tampah itu di atas atap mobil Djo yang diparkir di teras rumah.

Tiba-tiba Jeng Minul teringat kalau ia harus segera membangunkan Djo. Djo pun terbangun. Setelah mandi, ganti baju dan sarapan, segera mengeluarkan mobilnya, tancap gas pergi ke kantor.

Di sepanjang perjalanan antara kawasan dari tempat tinggal Djo, hingga kantor, mobilnya sering mendapat lirikan dari pengendara lain. Bahkan seringkali beberapa gadis mengendara sepeda motor yang menyalip Djo, melirik dan tersenyum-senyum.

Ada juga pengemudi mobil lain yang tertawa lebar sambil menoleh ke arah Djo. Djo pun sempat Ge-Er, alias Gede Rasa. “Wah, dari tadi banyak yang melihatku. Pasti aku pagi ini terlihat menarik,” ujarnya dalam hati.

Setiba di halaman parkir kantor, dan turun dari mobilnya, barulah teka-teki selama perjalanan tadi terjawab. Pongkring, Satpam kantor, menghampiri Djo. “Lho mas, itu di atas mobil ada nasi aking-nya,” ujar Pongkring.

Whaduuuhh, itu sega aking isteri saya, kok katut sampai kantor. Wah, payah ini. Pantesan selama perjalanan tadi banyak orang melihat saya,” ujar Djo.

Pongkring pun cekikikan. Yang menjadikan merah padam muka Djo, banyak karyawati yang sudah sampai kantor melihat kejadian itu. “Malu aku Kring, ada sega aking ikut ke kantor,” imbuh Djo.

Widiyartono R.