blank
JC Tukiman Tarunasayoga

Oleh: JC Tukiman Tarunasayoga

Angon (Jawa) itu berarti menggembalakan, seperti contohnya angon wedhus, angon sapi, angon kebo, dan bisa juga angon bebek; dan pekerjaan itu pada umumnya sangat diakrabi oleh mereka yang tempat tinggalnya di perdesaan.

Sangat boleh jadi, di antara Anda, ….ehmmm …..cilikane biyen juga biasa angon wedhus; bahwa sekarang ini Anda tumpakane mobil halus, penghasilannya muwel berjut-jut, tiap hari dapat makan sate kambing bertusuk-tusuk,  nah…. itu kan nasib baik yang harus disyukuri. Perkara asline pangon, ya….. itulah sejarah kehidupan.

Kalau angon itu pekerjaan atau kegiatannya, pangon itu orangnya. Seseorang disebut sebagai pangon sing apik, kriterianya sederhana saja, yakni, satu, ia hafal berapa jumlah hewan gembalaannya. Kalau angon wedhus, tetapi tidak tahu jumlah domba atau kambingnya berapa, sing endi wae, wah …….ia bukanlah gembala yang baik tuh.

Dua, gembala baik itu bukan hanya harus hafal hewan gembalaannya, tetapi juga pasti berusaha memberi yang terbaik bagi gembalaannya itu. Kalau diangon di rerumputan, pastilah kerbaunya diarahkan ke tempat yang rumputnya banyak, hijau, tempatnya aman; dan setelah itu dimandikan, baru dibawa pulang ke kandang.

Tiga, gembala baik akan dan harus tahu kondisi terkini hewan gembalaannya, sehatkah bebek-bebek itu, betina mana saja yang wis wayahe ngendhog, dsb. dst.

Angon Angin

Selain angon kewan, adakah kegiatan yang berkaitan dengan angon angin?  Jawabannya, ada, seperti contohnya para nelayan, kapan harus melaut dan ke arah mana, mereka melakukannya  dan memperhitungkannya dengan cara angon angin.

Demikian pula para maniak bermain layang-layang itu, mereka pasti tahu tepat kapan, di mana, dan apa saja persyaratan yang disiapkan untuk dapat bermain layang-layang secara asyik-seru-memuaskan. Kalau tidak pinter-pinter angon angin, kecewalah para nelayan atau pun para pemain layang-layang itu.

Sebagai sebuah idiom, angon angin bermakna lebih dalam/jauh dari sekedar melihat ke arah mana angin bertiup tadi.

Angon angin bermakna, betapa orang  harus sungguh tepat memperhitungkan sehingga bisa nangguh wektu sing prayoga  untuk melakukan atau meraih suatu maksud tertentu.

Kapan waktu paling tepat untuk datang sowan mertua mencari pinjaman uang berhubung tabungannya tidak mencukupi, padahal perbaikan rumah mendesak berhubung trocoh terus, misalnya. Siang hari di terik musim kemarau begini? Ya janganlah, kecuali kemungkinannya sedang sare, juga ini kan tanggal tuwa banget. Itulah yang disebut pinter nangguh, yakni cermat-tepat memperhitungkan kesempatan yang memang pas.

Kearifan Lokal

Angon angin ini semakna dengan angon mangsa dan dalam dunia pertanian, sampai saat ini masih berlaku apa yang disebut dengan kearifan lokal dalam hal kapan saat tepat untuk menabur benih, kapan saat tepat untuk menanam, dan kapan saat tepat untuk memanen hasil, dan seterusnya, dan sebagainya.

Kearifan lokal mengajarkan cara, tanda, dan ciri tentang angon mangsa secara turun termurun; misalnya akan menebang bambu untuk kepentingan mengganti atap rumah, cara, tanda, dan ciri mangsa (waktu) sangat dihafal oleh masyarakat lewat kearifan lokalnya.

Jadi intinya, angon angin atau disebut juga angon mangsa mengajarkan cara tepat untuk memperhitungkan banyak hal berdasarkan apa yang sebenarnya sudah tersedia di alam semesta ini: angin, panas, udara, air, burung, tunas tumbuhan, dan apa saja lainnya.

Konteks Kini

Harus kita akui, hidup kita sekarang ini semakin terjauhkan dari pengetahuan terkait dengan tanda-tanda alam, termasuk juga tanda-tanda zaman. Kita banyak terserap dan sibuk oleh segala sesuatu yang kekinian; sampai-sampai tidak pinter lagi angon angin, kapan saat tepat sowan mertua cari pinjaman, apalagi tergoda oleh berbagai tawaran cepat segera cair,  meskipun pada akhirnya nanti sangat memberatkan. Belum lagi tergoda berbagai kredit.

Semakin tumpulnya kemampuan melakukan angon angin, – dan ini sangat memrihatinkan- , sedang berjangkit dalam gerakan-gerakan kelompok yang maksud hati menyuarakan kepentingan rakyat (?) namun saatnya sangat tidak tepat karena seluruh perhatian dan fokus pekerjaan siapa pun, terutama pemerintah, sedang ke penanganan Covid 19.

Taruhlah hal yang disuarakan itu betul-betul mulia, tetapi karena ora pinter nangguh, ora pinter angon angin, yakni tidak pada waktu yang sangat tepat, justru cibiran atau sikap kontra-lah yang pasti diperolehnya. Apalagi kalau tujuan yang mau dicapai oleh gerakan kelompok itu tidak mulia, y… kuwalat-lah.

Ajaran dan ajakan moral idiom angon angin ialah, pertama, alam semesta diciptakan sangat lengkap oleh Allah dengan segala tanda, ciri, dan cara-cara terbaiknya untuk kita manusia sehingga semakin pinter untuk mengarungi dan menikmati semua tanda-tanda zaman. Kedua, perseorangan ataupun kelompok, hendaknya jangan melawan kehendak Yang Mahakuasa, misalnya aneh-aneh dan abai terhadap apa yang disebut mangsa/ waktu. Semua ada waktunya!

(JC Tukiman Tarunasayoga, Pengamat Kemasyarakatan)