blank
Direktur Perlindungan Perkebunan Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian RI, Ardi Praptono secara simbolis menyerahkan bantuan kegiatan mitigasi dan adaptasi Iklim bagi Kelompok Tani Merkun Tani Desa Rejosari, Kecamatan Wonoboyo, Kabupaten Temanggung. Foto: Suarabaru.Id/ Yon

TEMANGGUNG (SUARABARU.ID) – Perubahan iklim dan kenaikan suhu bumi  yang terus terjadi  mempengaruhi sektor pertanian. Untuk mengatasi permasalahan tersebut Pemerintah Indonesia dinilai sangat perlu melakukan  berbagai upaya baik mitigasi maupun adaptasi.

“Perubahan iklim yang melanda berbagai daerah di Indonesia harus dapat disikapi dengan langkah-langkah nyata, sehingga upaya peningkatan produksi untuk tercapainya swasembada secara berkelanjutan benar-benar dapat diwujudkan,” kata Direktur Perlindungan Perkebunan Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian RI, Ardi Praptono dalam  “Sosialisasi Mitigasi dan Adaptasi Dampak Perubahan Iklim” di Desa Rejosari, Kecamatan Wonoboyo,  Kabupaten Temanggung, Jumat(26/6).

Ardi Praptono mengatakan, menyikapi fenomena perubahan iklim dalam dua tahun terakhir tersebut, Kementerian Pertanian telah menyelesaikan beberapa permasalahan klasik selama bertahun-tahun terkait upaya swasembada komoditas pertanian dan perkebunan. Upaya tersebut antara lain perbaikan irigasi, subsidi pupuk, penyediaan benih, alat mesin pertanian dan penyuluhan.

Menurutnya, upaya tersebut sudah berhasil dilakukan  dengan dukungan anggaran kontingensi 2019, APBN Refocusing 2020, APBN-P 2020

Ia menambahkan, perubahan pola hujan dan pergeseran musim yang ekstrim diperkirakan akan menyebabkan lebih tingginya intensitas hujan pada musim penghujan dan semakin panjangnya musim kemarau.

“Hujan yang berlebihan sangat mungkin akan meningkatkan erosi, pencucian hara dan tanah longsor. Apabila air yang berlebih tidak dapat diserap oleh tanah di hulu akan meningkatkan aliran permukaan yang akhirnya menyebakan banjir. Sebaliknya musim kemarau yang kering akan menyebabkan cekaman kekeringan dengan jangka waktu yang lama,” katanya.

Ardi menjelaskan, perubahan iklim yang mengakibatkan peningkatan  kejadian iklim ekstrem atau anomali iklim, akan menimbulkan resiko yang cukup besar bagi produksi dan produktifitas serta mutu hasil sektor pertanian, termasuk subsektor perkebunan.

Untuk itu,  diperlukan  strategi nasional nasional yang terdiri atas antisipasi, mintigasi, dan adaptasi di bidang pertanian , khususnya pada usaha perkebunan dalam menghadapi perubahan iklim dimaksud.

“Ancaman  yang secara tidak langsung dipengaruhi oleh perubahan iklim adalah degradasi sumber daya lahan pertanian dan terjadinya fenomena cuaca yang tidak menentu yang berakibat, dalam jangka pendek, kegagalan produksi pertanian. Keterbatasan dan fragmentasi lahan pertanian, serta konversi dan alih fungsi lahan pertanian ikut menambah beban berat pertanian dalam menjaga produktivitasnya,” katanya.

Paket Inovasi

Untuk mengantisipasi dampak perubahan iklim tersebut, Kementerian Pertanian telah menyiapkan dan mengembangkan berbagai paket inovasi teknologi antara lain kalender tanam terpadu untuk tanaman pangan guna mengantisipasi variabilitas iklim yang dapat diakses oleh siapa saja. Baik petani maupun penyuluh dan pemangku kepentingan, baik di pusat maupun daerah.

“Sistem Informasi ini merupakan alat bantu yang handal untuk pemandu dan pedoman dalam penyesuaian waktu dan pola tanam tanaman pangan serta teknologi budidaya yang paling tepat,” terangnya.

Kemudian, varietas unggul adaptif yang tahan terhadap kekeringan, genangan, berumur genjah, toleran salinitas, rendah emisi gas rumah kaca dan berbagai paket teknologi ramah lingkungan, yang telah dihasilkan oleh jajaran Badan Litbang Pertanian.

” Selain itu, Kementerian Pertanian secara rutin juga menyiapkan penghitungan emisi gas rumah kaca yang dihasilkan oleh komoditas pertanian,” tambahnya.

Pada kesempatan tersebut Kementrian Pertanian melalui Direktorat Perlindungan Perkebunan Ditjen Perkebunan juga menyerahkan bantuan satu unit kegiatan mitigasi dan adaptasi Iklim yang bersumber dari APBN 2020  untuk Kelompok Tani Merkun Tani Desa Rejosari, Kecamatan Wonoboyo.

“Secara teknis bantuan yang diberikan berupa kegiatan mitigasi dan adaptasi dampak perubahan iklim meliputi, pembangunan embung, mesin lubang biopori, alat pencacah kompos, alat pengayak kompos, kereta sorong, pompa air, instalasi pipa air, rumah kompos, bantuan kandang kambing dan kambing betina dan jantan total jumlah bantuan senilai Rp367.800.000,”ujarnya.

Yon-trs