blank
Beberapa wisatawan tengah menikmati pemandangan alam di jembatan kaca di Batu Angkruk Tieng Kejajar Wonosobo.( Foto : SB/Muharno Zarka)

WONOSOBO(SUARABARU.ID)-Pandemi Covid-19 yang tengah melanda seluruh belahan dunia tak menyurutkan kreativitas para pelaku wisata, khususnya di kawasan dataran tinggi Dieng, Wonosobo.

Meski saat ini masih dalam masa pembatasan sehingga belum boleh menerima kunjungan wisatawan, ternyata sebuah objek wisata baru, muncul di kawasan yang dikenal pula sebagai Negeri di Atas Awan itu.

Batu Angkruk, nama objek wisata di Desa Tieng, Kecamatan Kejajar tersebut disiapkan untuk menawarkan sisi lain keindahan di dataran tinggi Dieng kepada para pengunjung.

Kepada para pecinta keindahan alam, Batu Angkruk menyuguhkan sebuah spot menarik berupa jembatan kaca di ketinggian yang memungkinkan siapapun yang berkunjung, menikmati landscape khas dataran Dieng secara lebih leluasa.

“Keunggulan dari spot jembatan kaca ini adalah sangat instagramable, alias cocok untuk berfoto karena berada pada titik yang tepat didukung latar belakang indahnya pemandangan alam,” ungkap Danang Heri Purnomo, salah satu pengunjung obyek wisata Batu Angkruk.

Dengan tambahan berupa uji adrenalin bagi yang masih sering merasakan takut berada di ketinggian, jembatan kaca tembus pandang tersebut diyakini Danang akan mampu menarik minat wisatawan pada saat nanti sudah dibuka secara resmi.

Keyakinan serupa diungkapkan penasehat Himpunan Pramuwisata Indonesia Kabupaten Wonosobo, Agus Purnomo yang juga pernah berkunjung di jembatan kaca Batu Angkruk.

blank
Sudut lain dari keindahan obyek wisata Batu Angkruk di Tieng Kejajar Wonosobo yang bisa untuk lokasi foto selfi. (Foto : SB/Muharno Zarka)

10 Orang

Menurut Agus yang juga menjadi salah satu pengelola Objek Wisata di kawasan Dieng, tambahan sarana rekreasi baru akan berimbas positif terhadap tingkat kunjungan wisatawan.

“Batu Angkruk ini menjadi wahana yang saya yakini akan menjadi daya tarik baru, karena saat ini wisatawan tak hanya ingin menikmati pemandangan alamnya, namun juga tertarik untuk bisa berfoto dan diunggah ke media sosial,” tutur Agus.

Pihak pengelola, disebut Agus memang harus kreatif dan jeli melihat peluang dan potensi pasar, termasuk dalam hal tren pemanfaatan media sosial atau platform digital sebagai sarana promosi.

Arahan tersebut disambut positif oleh Muflichatul Charimah, pengelola Batu Angkruk yang mengakui bahwa antusiasme terhadap Obwis di ketinggian lebih dari 1700 meter di atas permukaan laut tersebut saat ini sudah terlihat cukup tinggi.

“Seiring mulai dikenalkannya Batu Angkruk ini kami sudah menerima banyak permintaan kunjungan, namun memang belum bisa kami ijinkan karena masih dalam masa pembatasan sosial,” ungkapnya.

Jika nanti sudah diperkenankan oleh pemerintah untuk membuka obyek wisatanya, perempuan yang akrab disapa Ibu Lich itu menegaskan pihaknya akan menerapkan standar protokol kesehatan untuk mencegah penyebaran Covid-19 sesuai arahan pemerintah.

Para pengunjung, disebutnya akan diwajibkan mengenakan masker, disediakan fasilitas cuci tangan, serta pembatasan jumlah demi terjaganya jarak (social dan physical distancing).

Menurut Ibu Lich, salah satu keunggulan dari jembatan kaca berukuran 18.6 x 2.3 meter persegi tersebut, adalah para pengunjung bisa menikmati keindahan sunset dan sunrise secara leluasa, meski untuk naik ke atasnya jumlah maksimal yang diperbolehkan hanya 10 orang.

Muharno Zarka/mm