blank
Penjual janur dan selongsong ketupat di depan Pasar Bitingan Kudus. foto:Suarabaru.id

KUDUS (SUARABARU.ID) – Pedagang selongsong ketupat dan janur kelapa di sejumlah pasar di Kudus mengalami penurunan omzet dibandingkan tahun lalu. Pandemi Covid-19 membuat permintaan akan janur dan selongsong ketupat menurun drastis.

Jika lebaran tahun lalu bisa mencapai 100 selongsong per hari, kini para padagang hanya laku 20 selongsong saja. Keuntungan yang mereka dapat juga mengalami penurunan karena sepinya pembeli.

Sriamah, salah satu pedagang selongsong ketupat di depan pasar Bitingan, mengaku sudah berjualan sejak dua hari sebelum lebaran. Namun janur yang terjual tak sebanyak seperti tahun-tahun sebelumnya.

“Pada tahun lalu dalam satu hari bisa menjual janur hingga 100 ikat, namun sekarang paling hanya 20 ikat saja,” ungkapnya, Rabu (27/5)

Sriamah mengungkapkan untuk satu ikat selongsong ketupat dihargai mulai dari Rp 8.000 hingga Rp. 10.000 per ikat. Harga tersebut disesuaikan dengan besar kecilnya selongsong ketupat.

“Permintaan karena wabah ini menurun drastis,” ungkapnya.

Para pedagang ini berharap penjualan janur maupun selongsong ketupatnya masih bisa meningkat saat puncak perayaan Syawalan mendatang. Sebab, tradisi di Kudus, Syawalan atau bakda ketupat baru dirayakan sepekan setelah lebaran yakni pada Minggu (31/5) mendatang.

“Mudah-mudahan mendekati bakda ketupat nanti, penjualannya bisa bertambah,”tandasnya.

Tm-Ab