blank
Kondisi pendidikan dan dunia pesantren harus diperhatikan dalam menciptakan normal baru paska wabah virus Corona. Foto : SB/Muharno Zarka

WONOSOBO(SUARABARU.ID)-Gagasan gerakan kebangkitan dengan meluncurkan semangat new normal (normal baru) di masyarakat paska pandemi global Covid-19 disambut baik Ketua DPC PKB Wonosobo, M Albar.

Politisi yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua DPRD setempat tersebut, Rabu (27/5), meminta kondisi new normal tidak hanya diarahkan pada sektor ekonomi, dunia usaha dan pariwisata serta sektor unggulan yang lain.

“Dunia pendidikan dan pesantren harus dapat perhatian lebih dalam menciptakan kondisi normal baru setelah wabah virus Corona berakhir. Sebab lembaga pedidikan merupakan pencipta SDM dan pesantren penjaga moral bangsa,” cetusnya.

Apabila penciptaan kondisi normal baru dilaksanakan, menurutnya, tidak bisa hanya diberlakukan untuk sektor perekonomian saja. Tapi sektor lain perlu dipikirkan. Apalagi masing-masing sektor saling berhubungan antara satu dengan lainnya.

“Sektor ekonomi memang merupakan ketahanan vital masyarakat. Namun bidang pendidikan juga sangat dibutuhkan bagi perkembangan pendidikan anak. Tidak ada SDM unggul tanpa peran dunia pendidikan,” tandasnya.

Minim Perhatian

blank
Ketua DPC PKB Wonosobo, M Albar. Foto : SB/Muharno Zarka

Materi dan fasilitas pendidikan yang disampaikan melalui layar televisi dan online di medsos, menurut politisi asal Desa Tieng Kejajar, sangat kurang dipahami dan terserap dengan baik. Banyak sekali anak-anak yang masih membutuhkan pendampingan dari orang tua.

Ditambahkan M Albar, berbicara soal pendidikan, tidak bisa dilepaskan dari dunia pesantren. Kini banyak pesantren yang masih ditangani dan dikelola secara mandiri oleh Kiai atau Pengasuh Pondok Pesantren (PP). PP masih banyak yang belum dapat perhatian dari pemerintah.

“Ini fakta. Belum banyak PP mendapatkan perhatian pemerintah secara terprogram. Kalaupun ada bantuan sifatnya hanya simultan karena ada pejabat penting dari pusat atau daerah yang datang ke salah satu pesantren tersebut,” bebernya.

Dengan wacana pemberlakuan new normal, saatnya pemerintah mulai memikirkan kondisi PP yang keberadaannya masih cukup memprihatinkan. Satu kamar ukuran kecil bisa dihuni oleh santri puluhan yang sama sekali tidak memenuhi standar protokol kesehatan.

“Tempat wudlunya juga masih berupa belumbang yang dipakai beramai-ramai dan lain-lain, yang tentu belum memenuhi sarat kesehatan. Saya berharap agar pesantren yang bertahun-tahun sudah menjadi ujung tombak dan ujung tombok bagi keberadaan negara dan bangsa ini harus mendapatkan porsi perhatian yang lebih besar dari pemerintah,” pintanya.

Wonosobo, sebagai kota kecil dan berada di daerah pegunungan, sambungnya, merupakan kota santri di Jawa Tengah. Karena itu, layak diperhatikan secara khusus agar dunia pesantren ke depan semakin maju dan berkembang.

Muharno Zarka-Wahyu