blank

Oleh Rina Devina

blank

SELAMAT  hari Kebangkitan Nasional. Meski sudah agak terlewat, tetapi agaknya belum terlambat. karena sekarang sudah 22 Mei, dan Hari Kebangkitan Nasional adalah 20 Mei. Mungkin banyak yang lupa dengan momen bersejarah ini sekarang. Lupa karena memang gaungnya sakarang yang lagi redup bila dibandingkan dengan pemberitaan covid-19 dan juga lupa karena terlalu lama tidak beraktivitas di luar, sehingga terkadang kita lupa dengan tanggal dan hari bersejarah ini.

Walaupun kita sekarang sedang berada di tengah wabah pandemi dan terkarantina di rumah, hal ini tentu tidak seharusnya mengurangi semangat kita untuk terus mengisi momen Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) dengan apa yang kita bisa. Banyak hal yang dapat kita lakukan sesuai dengan kapasitas kita, apapun itu.

Berada di tengah pandemik saat ini, otomatis kita memiliki banyak waktu luang yang dapat kita gunakan dengan lebih produktif. Banyak hal yang tetap dapat kita lakukan, beberapa di antaranya  adalah membudayakan kegiatan literasi di tempat masing-masing, semisal kegiatan membaca, menulis, dan menelaah atau membuat penelitian sederhana.

Berbagai aktivitas itu dapat dilakukan sebagai ajang pengembangan diri, mengeksplorasi diri dan sebagai sarana menyerap ilmu pengetahuan. Juga untuk membekali diri dengan berbagai ide-ide segar yang dapat kita gunakan tatkala kita mulai kembali beraktivitas secara normal pascapandemi ini berlalu, atau yang lebih ikenal dengan istilah ‘Normal Baru’

Banyak profesi yang dekat dengan kegiatan tulis menulis, yang paling dekat adalah profesi seperti guru, pustakawan dan peneliti. Ketiga profesi ini di tuntut untuk banyak membaca dan menulis agar dapat menyerap banyak ilmu dan pengetahuan yang kemudian akan di transferkan kembali kepada yang membutuhkan informasi atau pengetahuan tersebut, seperti kepada siswa, pembaca, pengguna perpustakaan dan siapapun yang membutuhkan informasi.

Berkaitan dengan momen Harkitnas ini, kita yang memiliki profesi mulia ini dituntut menjadi garda terdepan dalam menjalankan tugas sebagai sarana saluran informasi publik yang dapat memberikan informasi yang bergizi, valid dan dapat dipercaya. Infomasi yang bergizi, valid dan dapat dipercaya hanya dapat diperoleh dengan mempraktekkan kebiasaan literasi, yaitu membaca, menelaah dan menulis.

Membaca dan menulis adalah tuntutan profesi kita, mau tidak mau, suka tidak suka kita tetap harus bisa melakukan dua pekerjaan utama ini. Membaca, selain sebagai sarana rekreasi diri juga sebagai suplemen penambah pengetahuan yang tiada henti, juga dapat berperan sebagai perpanjangan agenda reformasi birokrasi. Menulis juga memiliki poin kredit yang tinggi, sehingga keterampilan menulis sangat patut untuk terus diasah dan dikembangkan.

Berbicara mengenai keterampilan menulis, kita semua memiliki keterampian menulis tanpa kita sadari. Menulis adalah suatu keterampilan yang dapat dipelajari setiap orang, hanya saja perlu sedikit menambah dan memperbaiki teknik alam menulis dan komitmen diri yang kuat untuk terus menulis.

Mulailah Menulis

Pertanyaan yang sering muncul adalah, bagaiman kita menulis? Mungkin Anda juga belum pernah menulis dan tidak pernah ikut kursus atau kelas menulis? Hal ini dapat diatasi dengan banyak membaca dan cara efektif dalam menjadi seorang penulis adalah mulailah menulis. Tulis apa saja yang muncul di kepala, walaupun pikiran yang timbul adalah saya tidak dapat menuls. Tetap tuliskan. Saya tidak bisa menulis. Itu baru saja kita sudah menuliskan sesuatu, berbarti kita bisa kan?

Ya, salah satu tips dalam menulis adalah aksi, tulis, tulis dan tulis. Tulis apa saja yang kita sukai, bisa juga tulis apa yang tidak kita sukai, mulailah susun kata-kata, biasanya dengan membiasakan menulis setiap hari dan meluangkan waktu untuk menulis, kita menjadi terbiasa untuk menulis dan mulailah sedikit-sedikit memperbaiki kualitas tulisan kita. Cara paling ampuh biasanya kita latihan nulis di status atau nulis di buku harian.

Intinya, semua orang pasti bisa menulis, siapapun itu, bukan hanya profesi guru, pustakawan dan peneliti saja. Setiap profesi bisa menjadi penulis, apalagi kalau kita berbicara mengenai Aparatur Sipil Negara (ASN), setiap ASN sudah barang tentu sering melakukan Perjalanan Dinas, dan setelah melakukan perjalanan dinas, biasaya ASN akan menyerahkan laporan tentang hasil perjalanan dinas tersebut. Penulisan laporan hasil perjalanan dinas adalah latihan menulis bagi para ASN, jadi tidak ada alasan bagi ASN untuk mengatakan tidak terbiasa menulis.

Ajakan membaca dan menulis sebagai inti dari Gerakan Literasi Nasional akan menjadi membudaya di kalangan ASN sehingga akan menyumbang dampak yang positif pada Gerakan Reformasi Birokrasi yang sekarang sedang gencar dilakukan oleh KEMENPAN RB dan jajarannya. Gerakan Reformasi Birokrasi jelas sulit dilakukan bila tidak dibarengi oleh semangat pembelajaran yang tinggi, salah satunya adalah peningkatan budaya literasi di kalangan ASN, yaitu kegiatan membaca dan menulis.

Usaha Transformasi Birokrasi dapat diawali dengan  Gerakan Literasi Birokrasi. Ya, dengan adanya Gerakan Literasi Birokrasi, akan menjadi contoh bagi masyarakat lainnya yang juga sedang gencar-gencarnya memupuk kebiasaan literasi yang digawangi oleh perpusnas dengan jargon kegiatan Gerakan Literasi Nasional-nya. Kedua program ini, Gerakan Literasi Nasional dan Gerakan Literasi Birokrasi dapat berjalan bersama dalam menciptakan iklim budaya yang cinta literasi, yaitu membaca dan menulis.

Akhirul kalam, mari kita niatkan dalam diri kita untuk mengisi momen  HARKITNAS ini dengan sesuatu semangat baru, menulis adalah salah satunya agar kita dapat menularkan semangat menulis yang positif pada lingkungan kita, apapun profesi kita, kita semua pasti bisa menulis. Jargon seorang ulama terkenal (Aa Gym) dapat menjadi semboyan kita untuk memulai, yaitu 3M, Mulai dari diri sendiri, Mulai dari hal yang kecil, dan Mulai sekarang juga. Ayo menulis, salam literasi ***

Rina Devina, pustakawan di Kanwil Kemenkumham Sumatera Utara, tinggal di Medan