blank
Ilustrasi belajar dari rumah.

Surat Terbuka untuk Bapak Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Para Gubernur, dan Bupati/Wali Kota

Yth. Bapak Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Para Gubernur, Bupati, dan Wali Kota.

di Indonesia

Salam hormat.

WACANA untuk meminta anak-anak masuk di bulan Juli 2020, sungguh menggelisahkan, bukan hanya orang tua, termasuk para tenaga medis. Pengalaman negara lain menunjukkan upaya ini telah mengakibatkan guru dan murid jadi korban. Siapa yang bisa menjamin keselamatan anak-anak dan guru atau pun penjemput? Oleh Karena itu saya mengusulkan sebagai berikut:

  1. Anak-anak tetap belajar di rumah, yang harus dilakukan adalah perbaiki mekanisme belajar di rumah dengan struktur yang jelas. Banyak keluhan orang tua, para guru sebagian besar tidak memiliki program yang jelas. Sangat sedikit guru yang peduli dengan pembelajaran di rumah. Banyak alasan yang diampaikan yang tidak menguasai IT, sudah mau pensiun, akhirnya pembelajaran sekenanya, sebisanya, semampunya, dan semaunya.
  2. Anjurkan kepada para guru SMA, SMP, SD dan PAUD dapat meniru model kuliah seperti di Perguruan Tinggi. Jadwal sekolah tetap dipenuhi, anak-anak belajar bersama guru sesuai jam pelajarannya. Bagi anak-anak yang berada di daerah terpencil, dapat melakukan pembelajaran melalui Radio Komunitas, Televisi Lokal. Kementerian Kominfo dapat membuka akses agar para Provider dapat memasang BTS di daerah-daerah terpencil yang selama ini belum terjangkau.
  3. Buat Peraturan Gubernur, Bupati/Wali Kota tentang pemanfaatan anggaran desa, kelurahan, kecamatan dan Dinas Komunikasi dan Informatika di Daerah mengalokasikan pendanaanya dalam menyediakan  Wifi Gratis. Minimal tiap desa/kelurahan terdapat 10 lokasi. Jadi anak-anak dapat belajar dengan baik.
  4. Kementerian Pendidikan dan Dinas Kebudayaan, Kementrian Pariwisata, termasuk didalamnya Dinas Komunikasi dan Informatika di Daerah, Dinas Pendidikan Dinas Kebudayaan di daerah, menyediakan konten hiburan, konser dari rumah. Banyak artis yang rela untuk konser amal, termasuk artis-artis luar negeri.
  5. Support guru dengan aplikasi yang dapat dikerjakan di rumah, ajari guru bikin chanel youtube, atau ajari guru agar dapat membuat presentasi yang menarik. Ajari guru bagaimana belajar daring bisa dilakukan.
  6. Support murid yang dipelosok dengan teknologi informasi yang dapat diakses, bisa radio, TV, HP.
  7. Jika terpaksa bapak ambil keputusan tetap masuk sekolah, maka sebaiknya kelas hanya diisi sepertiga, anak-anak hanya belajar maksimal 4 jam, bergantian dengan teman lainnya, termasuk para guru. Dibuat SOP yang jelas, pakai masker, jaga jarak, cuci tangan masuk kelas, tidak boleh membeli jajanan di sekolah, dan jaga kebersihan. Tentu ini pun tidak jaminan.

Saya tahu ini pasti sulit, tapi kita bisa berbuat bersama, saling menguatkan, saling mendukung. Mari kita ajak para guru untuk tidak merasa tua, dan tidak mau belajar teknologi informasi. Mari ajak para murid untuk belajar di rumah dengan riang dan bahagia. Saatnya semua semua mau tak mau, suka tak suka harus melebur dalam perubahan.

Saya yakin dan percaya jika kita saling menguatkan maka kita akan kuat, namun jika kita berfikir takut tanpa berbuat sesuatu, ya ketakutan itulah yang akan menghantui kita. Mari lawan dengan kesungguhan….

Dr. Indra Kertati,M.Si, Kepala PSGA UNTAG Semarang
Direktur LPPSP Semarang, Ketua FKKG Jawa Tengah