blank
Buletin program partai final Piala Winners 1963/64 antara Sporting CP melawan MTK Budapest. Antara

JAKARTA (SUARABARU.ID) – 15 Mei tepat 56 tahun yang lalu, klub Portugal Sporting CP memenangi satu-satunya trofi Eropa mereka dengan menjuarai Piala Winners mengalahkan MTK Budapest 1-0 dalam laga ulangan final di Stadion Bosuil, Antwerp, Belgia.

Dua hari sebelum momen bersejarah itu, final pertama antara Sporting kontra MTK juga berlangsung cukup dramatik di Stadion Heysel.

Mascarenhas dan Ernesto de Figueiredo sukses membawa Sporting berbalik unggul 2-1 setelah sempat tertinggal lebih dulu akibat gol Karoly Sandor.

Namun, keadaan berbalik 180 derajat ketika Istvan Kuti dan Sandor mencetak dua gol dalam kurun waktu tiga menit untuk membawa MTK memimpin 3-2 pada menit ke-75.

Beruntung bagi Sporting, Figueiredo mencetak gol keduanya di pertandingan itu demi menyamakan kedudukan 3-3 serta memaksa laga ulang digelar dua hari kemudian di Antwerp.

Di Bosuil, memasuki 20 menit setelah sepak mula, Sporting mendapat kesempatan sepak pojok di sisi kanan pertahanan MTK dan Joao Morais (mendiang) berjalan santai sembari mencium bola bersiap mengeksekusinya di hadapan sekira 14 ribu penonton yang hadir.

Di hadapan gawang MTK, terdapat Figueredo yang agaknya menjadi sasaran dari sepak pojoknya berdiri berdekatan dengan kiper lawan, Ferenc Kovalik.

Sepak Morais tajam melampaui setidaknya dua pemain MTK lainnya di area tiang dekat dan melesat sedikit di bawah mistar gawang, tak mampu diantisipasi oleh Kovalik dan akhirnya bersarang ke dalam gawang.

Keunggulan yang dimiliki Sporting bertahan hingga peluit tanda laga usai berbunyi dan mereka berhak membawa pulang trofi Piala Winners ke Lisbon, menghancurkan harapan MTK mencetak sejarah bagi Hongaria.

Hari itu legenda Cantinho do Morais (sepak pojok Morais) lahir dan akan selalu dikenang sebagai salah satu bagian penting dari sepak bola Portugal bahkan Eropa.

Firasat dan pertanda

Dalam wawancara dengan harian Portugal, Diario de Noticias, Morais mengaku bermimpi akan membawa Sporting memenangi Piala Winners 1963/64 semalam sebelum laga ulangan final dimainkan.

Sebuah anggukan dari pelatih kepala Sporting, Anselmo Fernandez, menjadi pintu pembuka terwujudnya mimpi Morais tersebut.

“Saya menengok ke bangku cadangan dan memastikan saya yang akan mengambil sepak pojok,” kata Morais mengenang momen itu, sebagaimana dikutip dalam obituarinya yang diterbitkan UEFA pada 29 April 2010.

“Pelatih melambaikan tanpa setuju dan saya hati-hati memegang bola, mengucapkan beberapa kata sopan kepadanya (bola itu) dan menciumnya.”

“Setelah menendangnya, saya sudah merasa itu akan menjadi gol. Waktu seolah terhenti saat itu,” ujarnya.

Rekan Morais, Figueiredo berlari ke area tiang dekat bersiap menyambut datangnya bola tapi kiper MTK Kovalik sudah bersiap mencegah hal itu terjadi. Alih-alih kedua pemain itu gagal menyambut bola yang akhirnya bersarang ke dalam gawang.

“Takdir agaknya sudah memiliki suratan sendiri, bola melayang di atas keduanya dan berakhir di dalam gawang,” kata Morais.

“Sungguh sebuah euforia yang luar biasa, sebab gol itu membuat kami mengalahkan MTK dan membawa pulang piala ke Lisbon. Itu jelas bukan gol keberuntungan, sebab saya beberapa kali mencetak gol semacam itu lagi sepanjang karier,” ujarnya.

Saking monumentalnya gol sepak pojok Morais, momen itu kemudian diabadikan dalam sebuah lagu berjudul “Cantinho do Morais” yang dibawakan oleh Margadirad Amaral sebelum kemudian dibuat menjadi lebih populer oleh Maria Jose Valerio.

Ant/Muha