blank

SEMARANG – Baru-baru ini masyarakat Muslim khususnya para ibu yang sedang mendampingi anaknya untuk belajar dirumah dirisaukan oleh video viral anak jelang remaja laki-laki dan perempuan. Dalam video tersebut, anak yang putri mengenakan  baju muslimah dan berjilbab putih , sedangkan yang laki-laki memakai baju koko putih dengan peci beridentitas NU. Didalam video tersebut, kedua anak itu secara bergantian membacakan  puisi hasil karya pimpinan JIL (Jaringan Islam Liberal ) Ulil Abshor yang berisi tentang Jum’at agung yakni keyakinan umat kristiani tentang pengorbanan Yesus Kristus atau nabi Isa ketika mati disalib dengan penuh darah untuk menebus dosa – dosa umatnya.

Hal yang meresahkan para ibu muslim disini adalah karena mereka yang membawakan puisi pasca ini berpenampilan santri kecil namun membawakan puisi hari Pasca dengan penuh keyakinan. Video  ini diunggah dimedia sosial dan tersebar luas sampai menjadi viral. Dalam kesempatan ini penulis akan mencoba mengalisa kemunculan video viral ini dari perspektif  pendidikan Islam.

Jika kita analisa dari perspektif pendidikan Islam, tentu saja tayangan ini tidak pas dan bisa berpotensi merusak aqidah seorang anak Muslim. Bagaimana tidak, disaat anak-anak Muslim seusia ini sedang ditanamkan Aqidah atau keyakinan terhadap keesaan Allah, kemudian mereka yang mungkin belum begitu kuat keyakinannya, karena usianya yang masih belia, masih ikut-ikutan dan mencari jati diri, dan biasanya masih belum pada level  pemahaman dan iman yang kuat, sudah diperlihatkan dan diajarkan keyakinan agama lain yang jelas-jelas bertentangan dengan keyakinan agama mereka. Bisa jadi hal ini akan menyebabkan anak- anak Muslim tersebut mengalami kebingungan dan proses pendangkalan aqidah Islampun terjadi.

Hal ini senada dengan apa yang disampaikan oleh Prof Dr H. Rochmat Wahab, Mantan ketua PWNU DIY. Dalam sebuah acara KKNU1926 di Situbondo. “kasihan anak-anak baik yang ada divideo ini maupun yang menonton video tersebut”. Puisi tersebut menurut beliau sangat kental berisi Aqidah. Bagi model dalam video ini jika benar ia santri maka ada proses pemurtadan. Sedangkan menurut hemat penulis bagi anak – anak yang menyaksikan video ini mereka akan merasa kebingungan untuk memahami mana yang benar dan yang harus diyakini karena disaat mereka, anak-anak Muslim ini sedang berproses meyakini, kemudian mereka diarahkan untuk meyakini juga kebenaran keyakinan agama lain dengan dalih toleransi.

Anak –anak pada umumnya belum memiliki keyakinan yang kuat mengakar dalam jiwa mereka, maka tidak semestinya mereka teragukan akan keyakinanya karena diajarkannya keyakinan agama lain dengan kedok toleransi. Jika memang benar adanya video tersebut karena toleransi, maka pertanyaan yang kemudian muncul dibenak kaum Muslim ialah toleransi yang seperti apa yang dimaksudkan disini. Bukankah jelas dalam Islam tidak ada toleransi dalam hal Aqidah atau keyakinan, “lakum diinukum waliyadin” Bagimu agamamu dan bagiku agamaku. Sementara dalam Islam toleransi hanya diperkenankan dalam hal Muamalah seperti menjenguk orang sakir, berjual beli atau bertransaksi dengan non Muslim dan saling tolong menolong serta hal-hal yang tidak menyinggung keyakinan.

Dari sini maka patutlah jika kekhawatiran banyak orang Islam termasuk para ibu- ibu  Muslimah tersebut dinilai sangat wajar. Sekali lagi karena memang puisi Jumat agung Paskah tersebut dibacakan oleh anak kecil Muslim bukan oleh penulisnya sendiri yakni Ulil Abshar  Abdalla atau oleh orang – orang dewasa yang sudah matang pemikirannya dan sudah mantap keyakinan beragamanya dalam.

Anak yang masih jelang remaja ini masih banyak sekali belajar dari lingkungan, teman sebaya dan mencontoh orang-orang disekitarnya tanpa melalui proses “critical thinking”  atau analisis dan penyaringan terlebih dahulu. Mereka menirukan apa yang mereka lihat karena kebanyakan kita manusia, termasuk anak-anak kita adalah pembelajar visual. Ia akan belajar dan banyak menyerap informasi dari apa yang mereka tonton. Dengan demikian kemunculan video ini memang harus diwaspadai untuk tidak sampai ditonton oleh anak-anak Muslim.

Tentu kita sebagai para orang tua Muslim berharap agar anak – anak ini tumbuh dan berkembang dengan keyakinan yang kuat terlebih dahulu sebelum dikenalkan dengan keyakinan agama lain. Apalagi yang sangat bertentangan dan tentunya membingungkan bagi Aqidah mereka. Sementara jika memang benar tujuan disebarkannya video ini untuk tujuan toleransi, maka bukan seliberal ini caranya. Cukup kenalkan mereka bagaimana menjadi tetangga yang baik bagi non – Muslim, saling menghargai perayaan hari besar mereka dan saling tolong menolong dan bermuamalah dengan baik dengan mereka, bukan malah masuk keranah Aqidah.

Sedangkan hadirnya video puisi jum’at pascah yang menampilkan keyakinan yang berbeda ini, tentu akan membahayakan bagi aqidah anak-anak kita karena mayoritas anak masih proses mencerna ajaran Aqidah agamanya. Kita tentu memang harus hati-hati dengan kehadiran video seperti ini. Apalagi mayoritas dari kita beragama karena warisan,  maka seringkali belum mampu mewariskan Aqidah yang kuat sebagai seorang Muslim kepada anak –anak kita, karena kitapun meyakini Islam atau memiliki Aqidah / keyakinan terhadap Islam bukan merupakan hasil pencarian dan penemuan kita sendiri sehingga bisa mengakar kuat dalam diri.

Kalaupun kita sebagai Muslim akhirnya memiliki keyakinan yang bagus terhadap Aqidah maupun ajaran Islam itu biasanya karena proses hidup yang panjang disertai banyak mengenal, mempelajari dan mengkaji agama Islam dengan seksama serta mengenal orang-orang Islam disekitar kita yang sudah terlebih dahulu memiliki keyakinan / Aqidah Islam yang baik. Bahkan baik secara langsung maupun tidak langsung pembangunan Aqidah tersebut bisa kokoh karena kita berguru pada para alim, ulama dan kiai. Maka diusia kita yang sudah matang biasanya barulah Aqidah mengakar kuat dalam qolbu kita. Begitupun nampaknya terbentuknya Aqidah pada anak-anak kita.

Maka, bagi para orang tua Muslim yang merespon datar dan tiada kekhawatiran akan dampak video viral ini, atau merasa biasa saja dan tenang- tenang saja, cobalah evaluasi diri sudah benar belum Aqidah Islam kita, agar tidak terjebak pada Islam Liberal, atau minimal berempathilah dengan membayangkan bagaimana seandainya kita diusia yang sangat belia diharuskan memahami berbagai keyakinan agama yang saling bertentangan tersebut. Padahal kita sendiri masih baru mempelajari dan mengenal Aqidah dan syariah Islam saat seusia belia tersebut. Kita baru memiliki Aqidah Islam Karena mencontoh dan mengikuti orang tua dan orang –orang disekitar kita. Bukankah tentu hal tersebut sangatlah tidak mudah tentunya bagi siapapun diusia sebelia tersebut.

Maka dari itu, karena beberapa alasan diatas yakni video tersebut mengajarkan keyakinan yang berbeda dan berpotensi akan membingungkan keyakinan / Aqidah anak muslim serta akan dicontoh oleh anak Muslim, serta mengajarkan toleransi yang tidak benar dan tidak sesuai dengan ajaran Islam, maka saran penulis, orang tua harus waspada dan video seperti ini sebaiknya dilarang untuk beredar luas lagi, karena akan mengarahkan pada pemahaman islam yang liberal bagi anak-anak kita.

blank
Penulis : Hidayatus Sholihah, S.Pd.I., M.Pd., M.Ed ( Dosen  Jurusan pendidikan Islam (Tarbiyah), FAI – Unissula)