blank
Dua orang Suku Sasak, tampil menjadi Pepadu (petarung) dalam Peresean. Keduanya mengenakan sarung lengkap dengan stagen di perut dan destar ikat kepala, tanpa baju atau bertelanjang dada.

LOMBOK (SUARABARU.ID) – Menjelang siang, kami tiba di Desa Sade Rembitan, Kecamatan Puju, Lombok Tengah, Kabupaten Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB). Seperangkat gamelan Gendang Belik, segera ditabuh dengan nada rampak, untuk mengiringi sajian Tari Peresean.

Instrumen gamelannya teridiri atas gendang, reong, petuk, rencek dan gong. Desa Sade Rembitan, merupakan  perkampungan Suku Sasak. Setiap ada rombongan tamu atau wisatawan yang datang, selalu disuguhi Seni Peresean. Yakni tari perang tanding memakai senjata tongkat rotan (penjalin) dan perisai atau tameng (ende) yang terbuat dari kulit kerbau, yang dibentangkan pada kerangka kayu segi empat.

Termasuk ketika datang rombongan Pimpinan DPRD Wonogiri bersama awak media yang melakukan studi banding ke Lombok beberapa waktu lalu, oleh Tour Leader Nabila, Kaka, diajak mengunjungi Desa Sade untuk menyaksikan Peserean.

blank
Seperangkat instrumen gamelan, ditabuh oleh seniman pengrawit dari Suku Sasak, untuk mengiringi tari perang tanding Peresean.

Seni Daerah
Rombongan studi banding ini, dipimpin Wakil Ketua DPRD Sugeng Achmadi, didampingi Wakil Ketua, Siti Hardiyani dan Krisyanto. Ikut serta Ketua Badan Kehormatan (BK) DPRD Wonogiri, Sardi, dan Wakil Badan Pembentukan Peraturan Daerah (Bapemperda) Imron.

Berikut Ketua Komisi II, Titik Sugiyarti, dari Komisi I Rusdiana, dari Komisi III Ari Sumantri, dan dari Komisi IV Supriyanto, serta Irwan mewakili Ketua DPRD Wonogiri. Ikut dalam rombongan studi banding ini, Sakretaris DPRD Wonogiri, Gatot Siwoyo, Kabag Persidangan, Sunardi, Kabag Produk Hukum, Sutopo, Kasubag Humas DPRD, Amin, beserta staf lainnya.

Peresean termasuk dalam seni tari daerah khas Lombok. Petarung dalam Peresean biasanya mengenakan sarung dan destar ikat kepala. Mereka ini disebut pepadu dan wasit disebut pakembar.

”Disamping itu, ada pula promotornya, yang diperankan dua orang,” jelas Ama Talib Aris. Pria Sasak berusia 32 tahun ini, mengenakan busana khas, yakni bersarung dan memakai destar ikat kepala.

blank
Pemeran Peresean, tampil melakukan perang tanding. Saling memukul pakai tongkat rotan dan menangkisnya dengan tameng (perisai)

Ajian Kebal Pukul
Sebelum pertarungan dimulai, tampil salah seorang warga Sasak yang menjadi pemandu pemetasan Peserean. Dia berperan memberikan penjelasan singkat tentang keberadaan Tari Peserean. Kata Ama Eva (30), kalau sekadar untuk atraksi sebagai suguhan kepada wisatawan, biasanya hanya dipentaskan sebanyak dua ronde.

Durasinya, sangat tergantung ketahanan dari petarung. Manakala tidak mampu bertahan lama, temponya hanya relatif singkat. Pertarungan, diakhiri bila salah satu pertarung telah menyatakan takluk. Ama Eva, merupakan pria petarung yang biasa main untuk kejuaraan antarkampung. ”Kalau kejuaraan antarkampung, digelar sebanyak tiga ronde, dan durasinya dapat berlangsung lama,” tuturnya.

Bagi petarung yang berani turun di kejuaraan Peserean antarkampung, biasanya memiliki ajian kebal pukul. ”Ajiannya pakai doa mantera berbahasa Jawa kuna,” ujarnya. Tidak jarang, petarung menderita luka berdarah pada kepalanya. Sasaran pemukulan tongkat rotan diarahkan ke kepala. Tidak diperbolehkan memukul di bagian pinggang ke bawah.

Ritual Mohon Hujan
Mae (31), wanita pemandu wisata dari Nabila Tour yang ada di Lombok, menyatakan, Peserean juga digelar untuk ritual memohon hujan, manakala datang musim kemarau panjang. ”Mitosnya, bila darah petarung banyak keluar, dipercaya akan segera turun hujan deras,” tutur Mae.

blank
Rumah perkampungan Suku Sasak di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), dilengkapi lumbung tempat penyimpanan padi.

Dahulu Peresean digelar untuk melatih ketangkasan berperang suku Sasak dalam mengusir para penjajah. Latar belakang Peresean adalah pelampiasan emosional para raja pada masa lampau, ketika menang dalam perang tanding melawan musuh-musuhnya.

Dahulu, Peresean juga termasuk media yang digunakan oleh para pepadu untuk melatih ketangkasan, ketangguhan, dan keberanian dalam bertanding. Sekarang, para wisatawan yang satang ke perkampungan Suku Sasak, diberikan tawaran untuk bermain Peserean.

Bambang Pur