Maxiaga, StartUp Digital Solusi Motor Mogok dan Ban Bocor

SEMARANG (SUARABARU.ID) – Sejak Indonesia diterpa covid-19 dan maraknya tagar #WorkFromHome, semakin menegaskan bahwa negara butuh lebih banyak lagi StartUp Digital atau perusahaan rintisan berbasis layanan digital untuk memecahkan masalah bangsa.

Setidaknya, dengan hadirnya rintisan – rintisan berbasis digital ini bisa membantu segala permasalahan masyarakat, pun bisa mengangkat potensi ekonomi digital disuatu daerah untuk bisa lebih berkembang.

Laporan East Ventures Digital Competitiveness Index (EV-DCI) menyatakan, saat ini perkembangan ekonomi digital di Indonesia terbilang sangat impresif. Di tahun 2019 nilai pasar ekonomi digital Indonesia mencapai lebih dari US$40 miliar, dan diperkirakan pada tahun 2025 nilainya bisa mencapai US$133 miliar.

Lebih jauh, laporan EV-DCI bagi para pelaku industri teknologi saat ini sudah menjadi rujukan untuk memetakan peluang potensi ekonomi digital di daerah-daerah se-Indonesia. Pun lebih dari itu, indeks laporan EV-DCI bisa membantu para pemimpin daerah membangun ekosistem ekonomi digital di daerah dalam menjawab permasalahan yang ada di masyarakat.

Salah satu contohnya di Kota Semarang, rintisan (StartUp) digital yang mencoba menjawab permasalahan masyarakat tersebut adalah Maxiaga. Ini adalah aplikasi marketplace yang menjawab kebutuhan SPBU dan bengkel online ditengah-tengah kehidupan masyarakat.

Aplikasi ini sendiri dikembangkan oleh software house studio EnergiBangsa yang digawangi Dimas Ahmad Rizal, Muallif Ulil Misbakh, Davis Danendra, Gani Abdullah, Alfian Faiz Izul Haq, serta Yanuar Aris Budiarto, dan bekerjasama dengan SMK Swadaya Semarang.

Dimas Ahmad Rizal, salah satu founder Maxiaga menceritakan, asal muasal ide terciptanya Maxiaga awalnya dari hasil survey sederhana, bahwasannya setiap hari selalu ada kasus ban bocor dan motor mogok di Kota Semarang.

“Ban bocor dan mogok di jalan ini adalah masalah umum masyarakat di kota maupun di pedesaan, masalahnya adalah saat ban bocor atau mogok mereka hanya bisa mendorong motornya, kalau jauh kan repot,” ujarnya saat diwawancarai suarabaru.id awal April 2020.

Dimas menjelaskan, warga masyarakat yang mengalami permasalahan tersebut dengan menggunakan aplikasi Maxiaga nantinya bakal ada teknisi dari bengkel yang telah menjadi mitra datang menghampiri ke lokasi tempat kendaraan mogok atau mengalami kebocoran.

Meski begitu, merubah budaya offline to online bukanlah hal yang mudah, apalagi untuk perusahaan yang sudah terbiasa di budaya offline, lebih-lebih jika didominasi generasi baby boomers, yang seringkali pesimis soal digitalisasi teknologi.

Oleh karena itu, saat ini Maxiaga bekerja sama dengan SMK Swadaya Semarang di lini pengembangan bisnis dan marketing daring untuk mengakuisisi daftar bengkel-bengkel yang mau bergabung menjadi mitra Maxiaga.

Maxiaga, StartUp Digital Solusi Motor Mogok dan Ban BocorFadlul Khoiruddin Bashory, ketua jurusan Bisnis Daring dan Pemasaran SMK Swadaya Semarang menjelaskan bahwa digitalisasi bisnis dan pemasaran adalah salah satu kunci untuk menggerakkan perekonomian yang lesu karena wabah Corona.

“Saat ini masih tahap sosialisasi ke bengkel-bengkel di Semarang, namun merebaknya isu Covid-19 ini kami jadikan peluang, bahwa service motor cukup di rumah aja, panggil saja bengkel menggunakan aplikasi Maxiaga,” katanya.

Aplikasi yang lolos di ajang 1001 StartUp Digital Semarang hingga babak final ini juga bertujuan untuk mempromosikan bengkel-bengkel rumahan di jalan kampung-kampung.

Muallif Ulil Misbakh, developer yang membuat aplikasi Android ini berpendapat bahwa bengkel-bengkel dan tambal ban kecil di gang-gang biasanya sepi orderan, jika bergabung di Maxiaga, probabilitas untuk mendapat order jadi lebih besar, karena muncul di daftar bengkel rekomendasi.

“Jadi semisal ada yang mengalami mogok atau ban bocor di jalan, nanti aplikasi Maxiaga akan merekomendasikan bengkel terdekat untuk dipanggil, dan nanti dari teknisi atau montirnya akan datang menghampiri. Harapannya Maxiaga ke depannya bisa menjadi salah satu StartUp digital asal Semarang yang mampu menjadi unicorn,” terangnya.

Sebagai catatan, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah saat ini mendorong pertumbuhan ekonomi digital terutama dalam hal pemanfaatan teknologi. Hingga saat ini pertumbuhan ekonomi digital di Jateng baru 3,5%, tertinggal jauh dari Jawa Timur (11%) dan Jawa Barat (10%).

“Pertumbuhan StartUp dan UMKM di Jateng yang memanfaatkan teknologi memang masih sedikit, padahal potensi kita dari sektor ekonomi digital bisa dibilang cukup signifikan. Kendalanya selain masih sedikit yang melek teknologi, infrastruktur, hingga SDMnya juga kurang,” ungkap Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Jateng, Ema Rachmawati belum lama ini.