blank
UPDATE : Bupati Blora. H. Djoko Nugroho, didampingi Plt Kepala Dinkes Lilik Hernanto (kiri), dan Direktur RSUD dr. R. Soeprapto Cepu, Fatkhur (kana), update data terkini Covid-19. Foto : SB/Wahono

BLORA (SUARABARU.ID) — Di masa pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19), pemudik yang telah pulang kampung (masuk) ke Blora, Jawa Tengah, sudah mencapai 12.860 orang. Jumlah itu diyakini akan terus bertambah.

Semakin banyaknya pemudik, berpotensi besar terjadinya penularan wabah Covid-19. Untuk itu, Bupati Blora H. Djoko Nugroho, mewanti-wanti warganya untuk waspada, menjaga kesehatan, dan tetap tinggal di rumah masing-masing.

“Sampai hari ini, jumlah pemudik di Kabupaten Blora dari berbagai kota dan daerah di tanah air berjumlah 12.860 orang,” jelasnya, Minggu (5/4/2020).

Saat upadate data terkini Covid-19 di Posko Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Blora, Djoko Nugroho membeber, bahwa hingga saat ini belum ada warga Blora yang terkonfirmasi positif Covid-19.

“Blora tetap aman, masih nihil Covid-19, tidak ada warga kami yang terkonfirmasi positif tertular virus corona,” jelasnya.

Namun demikian, lanjutnya, kewaspadaan harus terus dilakukan karena data orang dalam pemantauan (ODP) masih banyak mencapai 469 orang, seiring dengan bertambahnya para pemudik.

Mencegah

blank
DIPERKETAT : Pemeriksaan kesehatan untuk mencegah penularan Covid-19 di semua pintu masuk arah Blora, salah satunya di perbatasan Blora-Rembang ini, diperketat dan digeber selama 24 jam. Foto : SB/Wahono

Djoko Nugroho mengaku tidak akan pernah lelah mengajak para pemudik, dan seluruh masyarakat Blora untuk terus melaksanakan protokol kesehatan, patuh pada anjuran pemerintah dengan menjaga kesehatan.

“Belum ada yang terkonfirmasi positif, saya sampaikan mencegah itu lebih baik dari pada mengobati,” katanyan didampingi pejabat pelaksana tugas (Plt) Dinkes Lilik Hernanto, dan Direktur RSUD dr. R. Soeprapto Cepu, Fatkhur.

Sementara itu, Plt Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) setempat, Lilik Hernanto, menyampaikan bahwa selama ini masyarakat menilai tenaga kesehatan di rumah sakit dan Puskesmas sebagai garda terdepan dalam penanganan Covid-19, pendapat itu sebenarnya kurang tepat.

Menurut Lilik, tenaga kesehatan justeru berdiri di barisan paling belakang, khususnya yang bertugas baik di Puskesmas maupun Rumah Sakit (RS) sebagai garis pertahanan terakhir.

“Kita berharap jangan sampai pertarungan melawan Covid-19 ini sampai pada pertahanan terakhir, jangan sampai ada warga yang masuk ke rumah sakit,” kata Lilik Hernanto.

Garda terdepan perlawanan Covid-19, lanjutnya, adalah semuanya, masing-masing individu dengan cara mematuhi himbauan pemerintah dan menjalankan protokol kesehatan, kata Lilik Hernanto.

“Kami berharap, energi tenaga kesehatan habis untuk mengurusi ketidak-patuhan dengan anjuran pemerintah,” tandasnya.

Sebab masih banyak masyarakat yang sakit dan butuh tenaga kesehatan untuk merawatnya, seperti stunting, TBC, HIV, AIDS, DBD dan lainnya. Maka Lilik minta semuanya benar-benar mematuhi semua himbauan pemerintah.

Wahono-Wahyu