blank
Sejumlah angkutan umum dalam kota di Wonosobo ngetem lama karena sepi penumpang. Foto : SB/Muharno Zarka

WONOSOBO(SUARABARU.ID)-Sejak Pemkab Wonosobo menerapkan kebijakan siswa belajar di rumah dan warga dihimbau tidak bebergian ke tempat keramaian, Selasa (17/3) hingga Minggu (29/3) mendatang, untuk mengantisipasi penyebaran virus Corona, penumpang angkutan umum di Wonosobo sepi.

Salah seorang sopir angkutan umum Mojotengah, Mufarikhun Jumat (20/3), mengatakan libur anak sekolah dan tidak banyak warga yang pergi ke pasar atau kantor, sangat berdampak sekali pada penurunan jumlah penumpang angkutan umum.

Pihaknya mengaku sebagian besar penumpang harian angkutan umum adalah anak sekolah, pedagang, pegawai kantor pemerintah dan karyawan swasta. Jika mereka libur sopir angkutan umum kehilangan sebagian besar penumpang.

“Biasanya setiap pagi jam berangkat dan pulang sekolah, sopir angkutan umum bisa mendapatkan Rp 100 ribu lebih, namun kini turun drastis sehari hanya dapat sekitar Rp 100 ribu,” keluhnya.

Pendapatan sekecil itu, imbuhnya, masih dipotong Rp 80 ribu untuk setoran ke pemilik angkutan umum. Jika sehari hanya dapat Rp 100 ribu, sopir hanya dapat sisa Rp 20 ribu.

Pakai Masker

blank
Sebelum ada kebijakan meliburkan anak sekolah dan pembatasan warga bepergian ke pusat keramaian penumpang angkot selalu ramai. Foto : SB/Muharno Zarka

“Belum termasuk biaya makan dan minum. Bahkan tak sedikit sopir merogoh kocek sendiri untuk membeli bahan bakar. Kondisi ini membuat banyak sopir menurun pendapatannya sementara kebutuhan harian malah naik,” sebutnya.

Mufarikhun berharap, masalah penyebaran virus Corona bisa segera diatasi sehingga kebijakan meliburkan anak sekolah dan pembatasan warga untuk pergi ke tempat umum, bisa segera dicabut.

Hal senada juga diungkapkan sopir Mikro Bus Wonosobo- Purworejo, Wahid. Dirinya mengaku pendapatan yang sebelumnya lancar kini tersendat. Pulang-pergi (PP) Wonosobo-Purworejo mikro kerap kosong dan hanya isi satu-dua penumpang.

“Padahal saya harus memberikan setoran sebesar Rp 150 ribu setiap hari berangkat. Jika sehari cuma dapat Rp 200 ribu maka hanya tersisa Rp 50 ribu belum kepotong uang makan dan rokok,” katanya.

Guna mengindari penyebaran virus Corona, semua sopir angkutan umum dalam menjalankan profesinya, selalu mengenakan masker. Mengingat para sopir selalu berada di tempat umum seperti terminal dan pasti bertemu banyak penumpang.

Muharno Zarka-Wahyu