blank
KEYNOTE SPEECH: Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, menjadi Keynote Speech dengan tema Mitigasi Bencana Gempa Bumi, pada Workshop Penerapan Peta Sumber dan Bahaya Gempa di Ballroom Santika Hotel Semarang, Senin (24/2/2020). Foto: hery priyono

SEMARANG (SUARABARU.ID)– Gubernur Jateng Ganjar Pranowo mengatakan, pengembangan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Borobudur dan pembangunan lainnya di Jateng, harus mengacu pada peta kegempaan. Hal itu mengingat, wilayah Jateng dilintasi sejumlah sesar aktif.

Diutarakan juga oleh gubernur, sebenarnya sudah ada peta yang disiapkan, khususnya dari sisi kegempaan. Ada beberapa titik sesar aktif di wilayah Jateng, bahkan pusat kebencanaan sudah memberikan informasi itu.

BACA JUGA : Operasi SAR Ditutup, Jumlah Korban Tewas 10 Anak

”Kalau kita ingin membangun KSPN di sekitar Borobudur. maka ini (peta kegempaan-red) harus diacu. Presiden sudah perintahkan, ilmuwan sudah perintahkan, gambar sudah diberikan,” kata Ganjar Pranowo, usai memberikan pengarahan dalam Workshop Penerapan Peta Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia 2017, dan SNI Bidang Bahan, Struktur dan Konstruksi Bangunan pada Perencanaan Struktur Gedung (Bangunan Tahan Gempa), di Hotel Santika, Semarang, Senin (24/2/2020).

Ganjar menjelaskan, sesar atau patahan aktif di Jateng terdapat di beberapa titik. Dari wilayah paling Barat ada Baribis Kendeng di Brebes dan Pemalang, dengan potensi rata-rata pergeseran 4,5 mm per tahun.

Kemudian ada di Semarang dan di Muria, Demak, Pati, Purwodadi, Ungaran, dengan rata-rata yang lebih kecil atau pelan. Wilayah lain ada juga di Rawa Pening, Opak-pak, kemudian Merapi-Merbabu, dan Tegal-Ajibarang.

”Maka forum ini bagus. Kami senang didatangi para pakar. Kami harap semua melek, bahwa kita hidup di daerah-daerah bahaya. Mikro zonasi yang diberikan oleh BMKG sudah ada, sehingga semuanya nanti bisa diberikan kepada publik yang membangun,” katanya.

blank
BERI KETERANGAN: Ganjar saat memberikan keterangan pada para awak media, usai acara workshop. Foto: hery priyono

Ingatkan Pengembang
Sementara khusus daerah Jawa bagian Utara dan Pantura, memiliki potensi gempa yang lebih sedikit, meskipun dilalui sesar mikro. Bencana yang terjadi di kawasan ini, lebih banyak mengenai land subsidence (penurunan permukaan tanah-red) dan banjir.

”Potensi gempa ada petanya, tetapi dalam sejarahnya ada di titik-titik tadi. Mungkin kalau Pantura bukan gempa bencananya,” ungkap Ganjar.

Selain itu, dia juga mengingatkan kepada para developer atau pengembang yang akan mendirikan bangunan. Menurutnya, developer kalau membangun sekarang harus berorientasi pada peta itu. Jangan memaksakan membangun di daerah yang bahaya.

”Saya ingin para developer kalau membangun sekarang berorientasi-lah, ikatan arsitek bantulah. Kalau mau bangun dibaca peta geologisnya, peta kegempaannya dibaca,” jelasnya.

Hery Priyono-Riyan