blank

JEPARA(SUARABARU.ID) – Desa harus diberdayakan  untuk berkembang menjadi pusat pemajuan kebudayaan. Sebab  di desa pula obyek pamajuan kebudayaan sebagai mana diatur dalam Undang-undang No.5 tahun 2017 masih nampak jejaknya, walaupun semakin samar. Karena itu jalan terjal  masih harus dilalui oleh para pegiat budaya dan masyarakat.

Hal tersebut diungkapkan oleh budayawan Jepara, Hadi Priyanto saat menjadi pemateri  dalam acara Jagong Budaya  yang diselenggarakan di balai desa Pecangaan Kulon Sabtu (22/2-2020). Narasumber lain yang dihadirkan dalam jagong budaya yang dipandu oleh Anisa ini adalah Petinggi Pecangaan Kulon M. Abdurrahman.

blank
Petinggi Pecangaan Kulon M. Abdurrohman bersama para ;pemenang lomba ( Foto : Ulil Abshor )

Acara yang  diselenggarakan oleh mahasiswa  KKN MIT IX Posko 72 Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang ini bertujuan untuk melestarikan budaya yang ada di desa. Disamping para mahasiswa, jagong budaya ini diikuti oleh sejumlah tokoh masyarakat, IPPNU, pemuda,  perangkat desa dan BPD.

“Melalui acara ini kami ingin memberikan ruang bagi masyarakat untuk mengenal lebih dalam budaya yang ada di Jepara,” ujar Ketua Panitia, Favian Aulia Fikri.

Menurut Hadi, tidak semua hasil kebudayaan yang ada saat ini adalah obyek pemajuan kebudayaan. Sebab dalam UU Pemajuan Kebudayaan obyeknya telah ditentukan seperti tradisi lisan, adat istiadat, ritus, pengetahuan tradisional, teknologi tradisional, seni tradisi, bahasa, permainan rakyat, olah raga tradisional dan manuskrip.

blank

“Persoalannya Jepara belum memiliki data kebudayaan hingga belum dapat dilakukan identifikasi komponen budaya mana yang ingin dilestarikan. Apalagi menyusun peta jalan pemajuan kebudayaan. Karena itu desa tidak boleh menunggu, tetapi harus memberdayakan dirinya sendiri, ” ujar Hadi Priyanto. Jika tidak maka dikawatirkan warisan leluhur itu akan hilang satu persatu.

Dijelaskan pula oleh Hadi, faktor penghambat pelestarian budaya ini adalah rendahnya kesadaran masyarakat dan para pemangku kepentingan disemua tingkatan untuk mengembangkan budaya yang diwariskan oleh nenek moyang.

“Akibatnya kita tidak memiliki ketahanan budaya hingga mudah dipengaruhi oleh budaya asing utamanya yang masuk melalui berkembangnya teknologi informasi,”ungkap Hadi Priyanto yang telah menghasilkan banyak buku tentang tokoh-tokoh yang berpengaruh dalam perjalanan sejarah Jepara.

Sementara itu, Petinggi Pecangaan Kulon M. Abdurrohman   berharap  desa yang dipimpinnya akan dapat mengembangkan  budaya yang ada di desa. Sebab menurut mantan Ketua BEM Inisnu Jepara ini Pecangaan Kulon adalah sebuah desa yang memiliki perjalanan sejarah yang  cukup lama.

blank

“Bahkan pahlawan nasional dr Cipto Mangunkusumo, dilahirkan di  desa ini 4 Maret 1886. Pada tahun 1890 di Pecangaan  juga sudah dibangun  pabrik gula. Harapan kami, kita dapat mengambil spirit beliau dalam pembangunan desa,” ujar M. M. Abdurrohman yang dulu juga aktif di kegiatan teater.

Disamping jagong budaya, tim KKN MIT IX Posko 72 UIN Walisongo Semarang ini juga telah menegadakan Festival Anak Sholeh yang diisi dengan  berbagai macam lomba untuk anak-anak seperti  lomba adzan, pidato dan lomba kaligrafi.

Ulil Abshor