blank
Memunguti paku di jalanan menghindarkan orang lain dari bahaya, ini bagian dari tapa ngrame. Foto: ist

blank

Ada laku batin yang dilakukan dengan berjalan menyusuri jalan raya yang disebut “Tapa Lelana”. Menurut para pinesepuh, laku ini terinspirasi kisah Nabi Ilyas AS yang semasa hidupnya dikejar-kejar kaumnya akan dibunuh. Selama itu Nabi Ilyas bersembunyi di rumah kosong atau gua, namun Allah selalu menurunkan makanan.

Karena itu, orang yang sedang menjalankan “Tapa Lelana” tidak diperkenankan membawa bekal uang, makanan dan minuman. Yang boleh diterima itu pemberian yang diberikan tanpa diawali permintaan lisan maupun tamaknya hati. Bekal yang boleh dibawa dari rumah hanya pakaian untuk menutup aurat dan untuk ibadah.

Selain tidak boleh membawa uang, para pelaku Tapa Lelana tidak boleh  meminta-minta. Jika laku batin yang dijalankan itu lulus, maka selalu ada keajaiban bagi pelakunya. Laku itu bertujuan melatih keyakinan bahwa Tuhan adalah Dzat Pemberi rezeki.

Tapa Lelana bisa juga disebut Tapa Ngrame yaitu bertapa pada suasana  ramai,  belajar mengendalikan diri sekaligus peduli pada sesama. Misalnya, dalam perjalanan, diperintahkan untuk menyingkirkan benda apa saja yang membahayakan keselamatan umum seperti duri, paku, oli, yang ada di jalan.

Ketika hati sudah terlepas dari keterikatan “hukum alam” disitu akan banyak keajaiban. Salah satu pelaku tapa itu mengisahkan, ketika dia berada pada suatu wilayah, saat perut melilit karena dua hari tidak kemasukan makanan dan hanya minum air, ketika hujan turun dia izin berteduh pada teras rumah warga di pinggiran jalan.

Oleh tuan rumah, dia diizinkan namun dengan raut wajah tidak bersahabat. Karena kelelahan, dia tertidur di bangku panjang. Saat perut makin melilit ada kejadian unik. Anak balita tuan rumah menangis dan sulit dihentikan kedua orangtunya bahkan tetangga pun berdatangan.

Pada saat itu, pelaku “Tapa Lelana” dapat petunjuk untuk mengatasi bayi rewel itu dengan cara jempol kakinya diikat merang (gagang padi kering). Dia lalu memberanikan diri menolong anak itu.  Dia minta dicarikan merang. Ketika merang itu sudah diberikan kepada pelaku Tapa Lelana, lalu diikatkan pada ibu jari kaki bayi. Ajaibnya,  bayi itu langsung diam dan tertidur lelap.

Setelah kejadian itu, tuan rumah dan para tetangga berebut mempersilakan agar dia mau singgah ke rumahnya, memberi suguhan yang terbaik, bahkan ada yang ingin menjodohkan dengan anaknya.

Rezeki Tak Terduga

Saat masih bujangan, saya pernah melakukan tempaan jiwa ala Tapa Lelana ini. Yang  mengesan, saat di wilayah Jawa – Barat, ketika perut sudah minta diisi, getaran hati menuntun saya masuk pasar dekat terminal bus antarkota.

Ketika saya turuti, langkah kaki saya berhenti di depan toko emas lalu  masuk toko dan melihat-lihat berbagai perhiasan dalam etalase. Karena  penampilan saya awut-awutan, yang punya toko bukan bertanya mau beli perhiasan yang mana, melainkan bertanya,”Om seniman ya?”

Saya menganggukan kepala. Pemilik toko berkata ingin memberi hadiah kejutan lukisan wajah kepada anaknya yang akan ulang tahun. Dia ingin saya melukis foto anaknya. Saya jawab, tidak punya uang untuk membeli alat-alatnya. Saya lalu menulis apa  yang harus disiapkan : Pensil warna, konte, penghapus,  kertas tebal, dll. Karena khawatir salah beli, saya diajak ke toko buku pilih apa yang saya perlukan.

Setelah semua peralatan tersedia, saya mikir di mana nanti melukisnya. Ide pun ketemu, saya lalu menemui merbot masjid dan pinjam kamarnya untuk melukis. Dia mempersilakan dengan santun. Kondisi lapar memicu mood hingga lukisan pun selesai tidak sampai satu jam. Dan ketika saya antar ke toko emas, karena hasil lukisan itu seperti yang diinginkan, saya pun diberi upah lumayan. Saya lalu ke warung makan dan membeli dua bungkus  nasi untuk makan bersama merbot yang  meminjami kamar untuk melukis. Dan setelah itu upah lukisan saya bagi dua. “Kang.. kok sampai sebanyak ini… jumalh ini setara gaji saya dua bulan,” kata pemuda yang asli Cilacap itu.

Selanjutnya saya berjalan menuju kota lain sembari melantunkan password “peneguh hati”  untuk lebih meyakini cara Tuhan dalam mengantar rezeki kepada hamba-Nya …  “Waman Yattaqillaha Yaj’allahu Makhrajan, Wa Yarzuqhu Min Haithu La Yahtasib… (dan siapa  yang bertakwa kepada Allah, niscaya  Allah akan memberi jalan keluar, dan memberinya rezeki dari pintu  yang tidak terlintas di hatinya.

Saat menempuh perjalanan panjang itu formalnya cukup berbekal KTP dan bekal yang lebih utama adalah restu dari Guru dan orangtua. Keajaiban yang dialami teman lain selalu ada. Saat sandal jepit kiri talinya putus, tahu-tahu nemu sepasang sandal jepit yang dibuang karena tali kanannya putus. Saat kehausan nemu botol berisi minuman masih bersegel.

Masruri, praktisi dan konsultan metafisika tinggal di Sirahan, Cluwak, Pati