blank
Stok bawang putih impor di pasar Bitingan Kudus sampai saat ini mulai menipis. Suarabaru.id

KUDUS (SUARABARU.ID) – Stok bawang putih impor jenis kating di Kabupaten Kudus, semakin menipis menyusul maraknya wabah Corona di China, negara asal impor. Tercatat, stok komoditas ini hanya mencukupi untuk kebutuhan selama dua pekan ke depan.

Menurut Kepala Dinas Perdagangan Kabupaten Kudus Sudiharti, stok bawang putih impor yang ada di sejumlah pedagang besar di Kudus memang masih ada. Hanya saja, lanjut dia, informasi dari para pedagang grosir bawang putih impor tersebut, meskipun stok di tingkat distributor masih ada namun tidak sebanyak sebelumnya.

Ketika ditanya kepastian soal stok, katanya, belum bisa memastikan karena dari pihak distributor juga memberikan penjelasan yang sama.

“Jika belum ada tambahan pasokan, maka stok bawang putih impor yang ada saat ini dimungkinkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat selama dua pekan,” ujarnya didampingi Kabid Fasilitasi Perdagangan, Promosi dan Perlindungan Konsumen Imam Prayitno di sela-sela mengecek ketersediaan stok bawang putih di tingkat pedagang grosir.

Untuk itu, kata Sudiharti, pihaknya akan melakukan pemantauan ketat untuk mengantisipasi adanya ulah spekulan yang mengambil keuntungan atas kondisi tersebut.

“Harapannya, hingga rentang waktu tersebut tidak ada kenaikan harga bawang,”katanya.

Tono, pedagang grosir bawang putih membenarkan untuk mendapatkan tambahan stok bawang putih impor untuk saat ini memang belum ada kepastian.  Apalagi, lanjut dia, informasi yang berkembang kuota impor belum diperoleh menyusul adanya penyebaran virus novel corona di China sebagai negara asal bawang putih tersebut didatangkan.

Kunyati, pedagang bawang putih eceran mengakui saat ini harga jual bawang putih eceran sebesar Rp50.000/kg karena dagangannya sudah naik dari sebelumnya Rp35.000/kg.

Akibat kenaikan tersebut, lanjut dia, permintaan juga berkurang karena harganya memang naik signifikan.

Kristianto, pedagang krupuk mengakui sejak adanya lonjakan harga bawang putih dirinya tidak berani membeli dalam jumlah banyak.

“Jika sebelumnya membeli hingga 5 kilogram, kini hanya membeli 1 kg karena khawatir harganya turun sehingga bisa merugikan usahanya,” ujarnya.

Tm/Ab