blank
Kegiatan tim dari Dinkes Kabupaten Blora dan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Puskesmas Todanan, melakukan cek kesehatan PSK di lokalisasi Gunung Puteh. (Foto : SB/Dok-Wahono)

blankBLORA (SUARABARU.ID) – Di Kabupaten Blora, Jawa Tengah, angka penderita  HIV-AIDS ternyata cukup  mencengangkan. Dalam tiga tahun terakhir (2017, 2018, 2019) terdata di Dinas Kesehatan setempat terdapat 591 kasus.

“Sementara untuk Januari 2020, sudah ada lima orang penderita HIV-AIDS,” ungkap pejabat pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) setempat, Lilik Hernanto, Rabu (6/3/2020).

Sedangkan jumlah penderita acquired immuno deficiency Symdrome (AIDS) yang meninggal dunia dalam tiga tahun ini, tercatat sebanyak 32 orang, terinci 13 orang (2017), 24 orang (2018), dan lima orang (2019).

“Itu warga yang meninggal karena AIDS, data berdasar catatan medis atau warga yang berobat di wilayah Blora,” jelas Lilik Hernanto.

Maka untuk menekan angka terhadap penderita HIV-AIDS tersebut, lanjutnya, Dinkes terus bekerja keras, rajin dan rutin melakukan sosialisasi cek kesehatan di lokalisasi-lokalisasi yang terjadwal.

Selain progran itu dengan meningkatkan  screening pada ibu hamil, voluntary counselling and testing (VCT) mobile pada kelompok resiko tinggi pada penjaja seks komersial (PSK) dan warga binaan di Lembaga Pemasyarakatan (LP).

blank
Setelah sosialisasi bahaya HIV-AIDS, petugas dari Dinkes Blora memberikan pelayanan kesehatan gratis kepada penghuni salah satu lokalisasi di kabupaten paling timur di Jateng itu. (Foto : SB/Wahono)

26 Wilayah Kerja

Dinkes, lanjutnya lagi, tahun anggaran (TA) 2020 ini sudah membuat kelender penyuluhan HIV-AIDS di sekolah-sekolah melalui 26 wilayah kerja Puskesmas di 16 kecamatan se-Blora.

“Sasarannya dalam satu kegiatan satu Puskesmas menyasar sedikitya 100 siswa serta 100 warga umum,” jelas Plt Kepala Dinkes Blora.

Selain seminar, penyuluhan dan gelar wicara (talk show), kegiatan penting lainnya adalah meingkatkan pengobatan dan rujukan penderita ke klinik VCT RSU dr Soetijono Blora atau RSU dr R Soeprapto Cepu.

“Penderita wajib datang konsultasi rutin dan gratis, baik di klinik VCT RSU dr Soetijono Blora atau RSU dr R Soeprapto Cepu,” kata Lilik Hernanto.

Lilik memerkirakan penderita human immunodeficien virus (HIV), yakni virus yang dapat menyembabkan penyakit AIDS di Kabupaten Blora akan bertambah, maka program pemeriksaan kesehatan di lokalisasi terus berlanjut.

Perlu diketahui di kabupaten penghasil kayu jati ini, terdapat lokalisasi PSK, yakni di Gunung Cengklik dan Gunung Puteh (Kecamatan Todanan), Yang Jrong (Kecamatan Kunduran) dan Kampung Baru (Kecamatan Jepon).

Lokalisasi lainnya, ada di Nglebok dan Sumberagung (Kecamatan Cepu) dan Munung (Kecamatan Randublatung). Di lokasliasi tersebut,  Dinkes rajin turun bersama tim dari Unit Pelaksana Tehnis (UPT) Puskemas terdekat.

Ditambahkan Lilik Hernanto, penderita HIV-AIDS tiga tahun terkahir sebanyak 519 orang, tercatat 2017 ada 139 orang (114 HIV-25 AIDS), 2018 sebanyak 236 orang (210 HIV-26 AID) dan 2019 ada  2016 (124 HIV-92 AIDS).

“Data kami dalam tiga tahun terakhir, penderita AIDS di Blora terbanyak pada tahun terakhir (2019) mencapai 92 orang,” bebernya.

Diakuinya, lokalisasi masuk tempat rawan penularan (penderita) HIV-AIDS, karena di Blora penderitanya terus meningkat tiap tahun, termasuk yang meninggal dunia (MD).

“Kami tidak pernah capek menganjurkan pendetita rajin minum obat antiretroviral (ARV), obat kekebalan tubuh yang harus diminum pengidap HIV,” jelasnya.

Menurut Lilik Hernanto, umur pendek atau meninggalnya penderita, sebagian besar akibat putus minum obat yang berfungsi mengobati infeksi HIV. Penggidap  HIV-AIDS terbanyak pada PSK usia di atas 35 tahun.

Sedangkan untuk usia 17-24 tahun sekitar delapan persen. Mereka juga diwajibkan datang konsultasi rutin gratis di klinik VCT RSUD dan atau RSUD Kecamatan Cepu, pungkas Plt Kepala Dinkes Kabupaten  Blora.

Wahono/mm