blank
Kue keranjang bikinan Juliawati,warga Jalan Brigjen Katamso no 11, Kampung Bayeman, Kelurahan Kemirirejo, Kota Magelang, tetap melestarikan resep tradisional. Yakni, menggunakan daun pisang kluthuk ( pisang batu) sebagai pembungkus kue keranjang. Foto: Suarabaru.id/ Yon

blankMAGELANG, (SUARABARU.ID)– Salah satu makanan khas menjelang Sin Cia (Imlek) yakni kue keranjang. Pada awalnya kue ini dipercaya, ditujukan sebagai hidangan untuk menyenangkan Dewa Dapur (Cau Kun Kong) agar membawa laporan umat selama satu tahun terakhir kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Selain itu, bentuknya yang bulat bermakna agar keluarga yang merayakan Imlek tersebut dapat terus bersatu, rukun dan bulat tekad dalam menghadapi tahun yang akan datang,

Di Kota Magelang ada pembuat kue keranjang yang masih mempertahankan keaslian cita rasanya yakni membuatnya dibungkus dengan menggunakan daun pisang, yakni Juliawati (53), warga Jalan Brigjen Katamso nomor 11, Kampung Bayeman, Kelurahan Kemirirejo Kota Magelang.

Usaha pembuatan kue keranjang yang dibungkus daun pisang yang ditekuni hingga saat ini tersebut, merupakan usaha dari generasi ketiga sejak dimulai oleh neneknya puluhan tahun silam.

Daun pisang pembungkusnya tersebut bukan sembarang daun pisang, melainkan daun pisang kluthuk ( pisang batu). Karena, selain daun pisang kltuhuk terkenal tidak mudah sobek, juga memberikan aroma khas kue yang berbahan dasar beras ketan tersebut.

“Daun pisang kluthuk memberikan aroma tersendiri untuk adonan kue keranjang dan juga memberikan warna bila kue tersebut setelah dikukus,” ujarnya.

Ia menambahkan, penggunaan daun pisang tersebut juga untuk menghindari penyakit yang ditimbulkan, bila menggunakan pembungkus plastik.

Untuk membungkus adonan kue keranjang tersebut, setidaknya diperlukan lapisan daun lima lembar. Hal itu dilakukan, untuk menghindari bocor atau tumpah saat adonan dituangkan ke daun pembungkus.

Diakuinya, penggunaan daun pisang sebagai pembungkus kue tersebut karena banyak yang mencari kue keranjang dengan pembungkus daun pisang.

”Kita tidak mau beralih ke plastik sebagai bahan pembungkusnya, karena baunya sangat beda. Selain itu banyak pula yang mencari kue keranjang yang berbungkus daun,” kilahnya.

Tanpa Pengawet

Juliawati menjelaskan, usaha pembuatan kue keranjang ini hanya dilakukan bila menjelang tahun baru Imlek dan akan berakhir pada Gap Go Meh (15 hari setelah Imlek).

Meskipun pembuatan kue keranjang tersebut hanya musiman, tetapi tetap diburu oleh orang. Terbukti dalam sehari, produksi kue keranjang bisa menghabiskan bahan dasar tepung ketan sebanyak 100 kilogram beras ketan dan gula pasir.

Untuk menjaga citarasa kue keranjang yang diwariskan oleh orangtuanya, Cik Juli juga tetap menggunakan tepung beras ketan Jawa, sebagai bahan baku utamanya. Selain itu, juga menggunakan gula pasir sebagai pemanisnya dan juga tanpa bahan pengawet.

“Kalau menggunakan beras ketan impor, malah bisa tidak matang. Yakni, magel ( setengah matang) di bagian tengahnya,” ujarnya.

Selain tetap menggunakan daun pisang sebagai pembungkusnya dan beras ketan Jawa serta tanpa bahan pengawet, kue keranjang bikinannya tersebut bisa bertahan hingga satu tahun bulan.

Salah satu resep untuk , untuk membuat awet makanan tersebut dilakukan setelah dikukus di angin-anginkan di dalam rak yang telah disediakan.

Sebelum diangin-anginkan di dalam rak, kue keranjang yang diikat dengan tali rafia. ”Proses pengikatan ini tidak sembarang orang , karena harus benar-benar telaten,” katanya.

Menurutnya, dalam proses pembuatan kue keranjang tersebut, dalam pembuatan kue yang terbuat tepung beras ketan tersebut, pengukusan merupakan proses paling lama .

”Untuk mengukus adonan tersebut diperlukan waktu paling sedikitnya lima jam,” ujarnya.

Sebelum proses pengukusan tersebut, adonan berupa tepung beras ketan yang telah digiling halus kemudian dicampur dengan tepung beras hingga “kalis” (campur) dan adonan tersebut tidak bisa langsung dibungkus, melainkan didiamkan selama 12 jam di dalam sebuah wadah tertentu.Kemudian dibungkus dengan menggunakan daun pisang kluthuk yang sudah dibentuk.

Kue keranjang bikinan Cik Juli ini, mempunyai dua rasa yakni original dan coklat. Sedangkang harganya juga cukup terjangka, yakni untuk kue keranjang rasa orginal dibanderol Rp 27.500 per buahnya. Sedangkan, yang rasa coklat seharga Rp 28.500 per buahnya.

Menjelang tahun baru Imlek ini, pesanan kue keranjang tersebut dating dari berbagai kota di Pulau Jawa, seperti Jakarta, Bandung, Surabaya dan juga Bali.

Ia menambahkan, penganan yang mirip dengan jenang atau dodol tersebut dinamakan kue keranjang, karena di masa dulu, kue-kue semacam itu dimasukkan dalam proses pembuatannya, pembungkus daun pisang tersebut dimasukkan ke dalam keranjang kecil agar bentuknya manis untuk disajikan .

Namun, seiring perjalanan waktu dan mencegah adanya kebocoran saat mencetak kue tersebut, dirinya menggunakan kaleng yang mempunyai ukuran yang telah disesuaikan untuk mencetak kue tersebut.

Yon-Wahyu