blank
Andi Roni (63) warga  Jalan Daha  nomor 36, Kampung  Ngarakan, Kelurahan Kemirirejo, Kota Magelang,  sudah 60 tahun mengeluti usaha pembuatan baronsay dan liong. Foto: Yon

blankMAGELANG (SUARABARU.ID)– Kesenian Barongsay dan Liong Samsi merupakan kesenian khas etnis Tionghoa yang sering dipentaskan dalam even  Tahun Baru Imlek dan even-even lainnya. Barongsay dalam mitologi Cina artinya hewan singa yang  dipercaya sebagai penjaga rumah.

Dalam Gerakan tariannya, barongsay menggunakan pola dasar langkah kaki yakni melangkah  tiga  maju  ke depan ganti mundur empat langkah. Biasanya pemain ini dibawakan oleh dua orang, seorang di depan sebagai pembawa kepala, dan seorang di belakang sebagai pembawa badan bagian belakang/ekor.

Dibutuhkan kerjasama yang baik dan kelincahan gerak kaki untuk membawakannya. Karena adakalanya barongsai beratraksi dengan meloncat di atas tiang balok setinggi 1-3 meter yang ditata sedemikian rupa.

Namun , tidak banyak orang yang mengetahui bahwa di Kota Magelang ada pengrajin Barongsay yang telah puluhan tahun menekuni usaha itu. Yakni  Andi Roni (63) warga  Jalan Daha  nomor 36, Kampung  Ngarakan, Kelurahan Kemirirejo, Kota Magelang.

Pria yang akrab disapa  Om Andi tersebut mengaku, usaha pembuatan barongsai tersebut ia tekuni sejak  tahun 1960-an,  yakni saat ia  menjadi asisiten  kakeknya yang bernama  Liem Cou  Thwan yang  dikenal sebagai seniman wayang Potehi di Semarang di tahun 1950-an.
Menurutnya, barongsai  diproduksi memakai bahan-bahan  yang cukup sederhana takni  bambu, karton, lem kuning, dempul mobil/kayu, cat dan lain-lain. Proses pembuatannya pun sangat sederhana. Biasanya untuk yang sudah ahli, bambu-bambu yang sudah disayat tipis dibentuk sesuai ukurannya sebagai kerangka utama.

Setelah itu ditempeli dengan kertas karton dan didempul hingga rata.  Setelah itu, bagian barongsay yangdilapisi dempul kemudian  diamplas dan diperhalus sesuai lekuk-lekuknya.  Dan terakhir yakni mengecatnya dengan cat warna-warni.
“Proses pengecatan ini yang cukup memakan waktu agak lama . Karena, untuk melapisis warna-warni cat  harus menunggu hingga cat dasarnya kering. Kemudian ditambah cat warna lainnya,” ujarnya.

Mengenai harga yang ditawarkannya  untuk satu  buah barongsay cukup bervariasi, yakni mulai harga Rp 3 juta hingga Rp 15 juta. Yakni, tergantung besar -kecilnya dan juga tingkat kerumitan proses pembuatannya. Sedangkan, berat dari barongsay tersebut juga bervariasi mulai dari ukuran 3 kilogram hingga 5 kilogram.

Ia menambahkan,  proses pengerjaan satu set barongsay tersebut bisa dikerjakan dalam kurun waktu satu bulan sampai 1,5 bulan. Waktu paling lama dalam proses pembuatan barongsay tersebut, yakni proses pembuatan kerangka dari bambu yang sangat njlimet ( rumit).

“Untuk proses penempelan kertas, mewarnai dan melengkapi semua pernak-perniknya memakan waktu sekitar dua minggu,” ujar bapak empat orang anak dari pernikahannya dengan Yuko.

Setiap mendekati perayaan Tahun Baru Imlek, pesanan yang ia terima maupun perbaikan barongsay serta liong ( naga)  sedikit  mengalami peningkatan.  Yakni, mencapai  mencapai 20 pesanan. Selain bermacam-macam
jenis yang diminta, pemesan juga bukan hanya dari wilayah Magelang
saja, melainkan dari berbagai daerah seperti Semarang, Klaten,
Bandung, Solo, dan lain-lain. “Selain saat Imlek, biasanya aksesoris itu digunakan untuk pentas seni. Dan kalau saat Imlek seperti ini, biasanya paling banyak pemesan dari daerah-daerah yang basis Tionghoa nya kuat,” ujarnya.

Selain  membuat barongsay dalam berbagai ukuran,  Andi juga  membuat liong serta aneka  aksesoris  yang berkaitan dengan Tahun Baru Cina ( Imlek) seperti  mahkota Jay Shen, mahkota putri Swan Chu, lampion,  dan lain-lain.

Setiap aksesoris, harganya juga bervariasi, tergantung ukuran serta pernak-pernik yang ditempelkan. Misalnya untuk jenis kepala naga harganya mulai Rp 50 ribu hingga Rp 200 ribu.

Yon-trs