blank
Nelayan di pantai Sarang, kabupaten Rembang saat bahu-membahu menurunkan perahu ke tengah laut) Foto: Nyo

REMBANG (SUARABARU.ID) -Cuaca buruk yang ditandai angin kencang dan ombak besar di laut Jawa memaksa 120-an kapal mini porse seine di Kecamatan Sarang, Kabupaten Rembang, Jateng tidak melaut. Akibatnya ribuan nelayan di wilayah ini menganggur.

Seorang nelayan asal Desa Sendangmulyo, Kecamatan Sarang, Lanang (36) mengungkapkan, bahwa dirinya sudah lima hari terakhir ini di rumah. Cuaca buruk seperti saat ini membuat kapalnya berlabuh di pelabuhan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Sarang.

Lanang menambahkan, saat cuaca buruk seperti saat ini nelayan banyak yang memilih berhenti melaut karena beresiko mengalami kecelakaan di laut. Kalau ada yang nekad melaut biasanya hasilnya pun tidak seberapa lantaran terganggu cuaca buruk. Ditengah laut terkadang harus berlindung di antara pulau untuk mencari aman.

blank
Yasin, nelayan asal  Desa Sarangmeduro sedang menata jaring pejer untuk menangkap rajungan). Foto: Nyo

Selama berlindung kapal juga tidak bisa menebar jaring. Padahal sekali berangkat, perbekalan yang dibawa senilai antara 30-50 juta rupiah. Kalau hasil tangkapan tidak seberapa, pemilik kapal tentu akan rugi. Daripada rugi, pemilik kapal memilih menghentikan aktivtas penangkapan.

“Terakhir bongkar ikan, kapal saya mendapat 16 ton. Malah ada kapal yang hanya mendapat 10 basket,” ungkap Lanang saat ditemui Rabu (8/1).

Beda dengan kapal mini yang berlayar puluhan hingga ratusan mil dari pantai, kapal-kapal kecil yang berlayar beberapa mil dari pantai, ternyata masih nekad melaut. Kebanyakan adalah nelayan pencari rajungan. Mereka melaut sejauh 2 sampai 10 mil dari pantai. Lantaran dekat pantai, biasanya mereka akan segera minggir jika cuaca buruk. Alat tangkap berupa wongwo, berupa perangkap rajungan akan ditinggal di tengah laut. Jika cuaca memungkinkan, mereka akan mengangkat peralatan yang sudah dipasang.

“Seperti kapal yang sedang diturunkan itu, biasa berlayar sampai 10 mil. Wongwo yang dibawa 300 sampai 600 buah,” jelas Lanang sambil menunjuk sebuah perahu yang ditarik oleh puluhan nelayan ke pinggir pantai.

Sementara nelayan lainnya, Yasin (42) warga Desa Sarangmeduro, Kecamatan Sarang juga mengaku sudah tidak lagi melaut. Namun ia mengaku masih beruntung lantaran mempunyai sampan kecil yang bisa dipakai mencari rejeki. Perahu dengan mesin tempel 8 PK itu ia pergunakan untuk mencari rajungan di laut. Jaring yang dimiliki juga tidak banyak, cuma 12 biji.

“Cuma punya  12 tinting, alhamdulillah kemarin dapat tiga kilo. Harga per kilo empat puluh lima ribu rupiah,” terang Yasin.

Lantaran hanya menggunakan sampan kecil, tempatnya melaut juga tidak jauh, hanya 2 mil dari rumahnya. Beda saat ia melaut dengan kapal mini, sekali melaut ia harus mengarungi Laut Jawa  sejauh  180-205 mil. Bapak dua anak ini biasa mencari ikan di timur Pulau Masalembu, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur. Sekali melaut biasanya butuh waktu 13 hari untuk bisa membawa uang buat keluargaya.

“ Biasanya dapat penghasilan satu juta rupiah. Sekarang terpaksa mencari rejeki seadanya agar bisa memberi makan anak dan istri. Apalagi saya juga punya tanggungan anak yang lagi kuliah di Tuban,” ungkap Yasin sambil membenahi jaringnya.

Yasin menambahkan, biasanya kalau sudah musim penghujan seperti saat ini, nelayan akan berhenti melaut selama 3 sampai 4 bulan. Saat ini ada 125 kapal mini dengan mesin 30 gross ton (GT) di wilayahnya. Tiap-tiap kapal memiliki 20-25 anak buah kapal. Itu artinya ada lebih dari 2500-an nelayan yang menganggur. Itu baru nelayan kapal mini porsesein, belum lagi nelayan dengan kapal yang lebih kecil tentu lebih banyak lagi.

NYO-trs