blank

blank

ADA teman yang mengikuti latihan beladiri pernapasan tenaga dalam, atau biasa disebut ilmu kontak, pukulan jarak jauh, dsb. Namun saat dia harus melakukan bela diri di jalanan akibat mobilnya menyerempet pejalan kaki, ilmu tenaga dalamnya tidak berfungsi.

Ia mengutarakan keheranannya, mengapa dia tidak mampu melindungi diri dengan tenaga dalam seperti saat dia di gelanggang latihan dengan sesama teman seperguruannya? Dengan kata lain, dia masih mengalami dan merasakan beberapa pukulan mengenai badannya, walau dia mengaku masuknya pukulan itu tidak begitu telak.

Bahkan ketika ada salah satu dari massa itu mencoba menghantamnya dengan  bangku panjang, walau mengenai kepalanya, dia tidak merasakan sakit yang berarti. Yang menjadi pertanyaan, “Kenapa ilmu kontak ata ‘pukulan jarak jauh’-nya tidak atau kurang berfungsi, dan mengapa pula dirinya menjadi tahan terhadap amukan massa itu.”

llmu kontak yang digali secara fisik (olah napas) mempunyai fungsi berbeda, karena faktor keberhasilannya tergantung kadar emosi penyerangnya. Dan tenaga dalam itu kadang kurang berfungsi optimal tergantung situasi dan kondisinya.

Kegagalan memanfaatkan tenaga dalam di luar gelanggang latihan itu disebabkan banyak faktor. Diantaranya, kurang tenang,  ada rasa takut atau bahkan terpancing emosi yang menyebabkannya lupa dengan teknik pernapasan atau jurus-jurusnya. Dan tenaga dalam itu jika benar-benar dilatih dan dirawat secara baik, entah berapa persennya tetap berfungsi ketika suatu saat  diperlukan untuk bela diri.

Dengan kata lain, jangan berharap fungsi tenaga dalam itu berhasil seperti saat latihan bersama teman-teman seperguruannya, karena orang yang dihadapi di luar gelanggang pelatihan itu kadar emosinya sulit terdeteksi.

Jika kondisi memaksa harus menggunakan tenaga dalam untuk bela diri, lakukanlah itu dengan penuh ketenangan, awali dengan mengejangkan sentral getaran tenaga dalam (dada atau perut), atur pernapasan yang baik, dan jangan lupa, pada tahap awal tetap melakukan gerakan beladiri secara fisik, menghindar, menangkis bahkan seekali sambil menjajaki atau memancing emosi lawan.

Teknik kedua, mengejangkan daerah sentral tenaga dalam sambil  melakukan gerakan menghindar atau menangkis serangan sambil mengukur kadar emosinya. Dan tanda dari lawan yang sudah bisa dipengaruhi tenaga dalam itu dapat dilihat dari  langkahnya mulai berat hingga tertahan untuk bergerak maju, keseimbangannya mulai tidak terjaga dan arah serangannya meleset tipis.

Dan, perlu diingat, tenaga dalam jika digunakan untuk bela diri di luar pelatihan, persentase keberhasilannya tergantung dari situasinya. Yaitu, bisa gagal total, serangan lawan masuk, dan kemungkinan lain bisa (sedikit) berhasil dalam artian semua pukulan dan tendangan masuk  namun bobotnya berkurang yang jika dirumuskan adalah :

Emosi lawan 25%, bobot serangan terasa 75%.
Emosi lawan 50 % bobot serangan terasa 50%.
Emosi lawan 75% bobot serangan terasa 25% (Tahap pukul)
Emosi lawan 100% tenaga dalam berfungsi total atau meleset.

Pada posisi lawan emosi total, penyerang baru dapat dipengaruhi jurus tenaga dalam, dapat digerakkan dari jarak jauh dan serangan yang dilancarkan pun meleset hingga pada tahapan ini tenaga dalam bisa aktif sepenuhnya layaknya saat latihan. Penyerang bisa mental dan terbanting tanpa melalui sentuhan.

Rumus ini saya dapatkan dari Almarhum Bapak Sidik, penyebar suatu aliran tenaga dalam yang bukan hanya mengajarkan teknik jurus dan dasar pernapasan tenaga dalam saja, melainkan teknik “jodoh jurus” dan “kembang jurus” yaitu teknik langkah, elakan, tangkisan dan serangan, sebagai tahap lanjutan dari rangkapan tenaga dalam dan olah batin. Karena bela diri itu idealnya  meliputi sisi jasmani dan rohani.

Faktor kegagalan memanfaatkan tenaga dalam di luar gelanggang latihan dipengaruhi banyak hal. Diantaranya, meyakini bahwa lawan di jalanan itu seperti teman berlatih yang begitu mudah dihalau dengan hembusan nafas atau  gerakan ringan.

Sebaliknya, ada juga anggota tenaga dalam yang saatnya harus bela diri di luar gelanggang, mentalnya belum siap karena grogi, takut bahkan lupa teknik jurusnya hingga akhirnya pilih adu fisik, dan jika ada tanda-tanda akan kalah pakai ajian pamungkas Kijang Milar, berlari menjauh dari lawannya… yang penting, selamat!

Masruri adalah pengamat dan konsultan metafisika, tinggal di Sirahan, Cluwak, Pati.