blank
Pindang tetel - image credit : @pekalonganpost

PEKALONGAN (SUARABARU.ID) Kota Pekalongan terkenal akan makanan khasnya yaitu Soto Tauto dan Sego Megono. Tapi selain dua kuliner populer itu, kota pesisir pantai utara berjuluk Kota Santri ini juga mempunyai kuliner lezat lain, Pindang Tetel namanya.

Pindang Tetel adalah kuliner nge-hitz di Pekalongan. Makanan ini asalnya dari daerah Ambokembang, Kecamatan Kedungwuni, Kabupaten Pekalongan. Jangan kaget, meski bernama pindang, olahan makanan ini sama sekali tidak berbahan ikan. Masakan ini justru berbahan tetelan daging iga sapi dengan tekstur lebih mirip Nasi Rawon.

Salah satu penjual Pindang Tetel, Bu Sugi, mengatakan, beda antara Rawon dengan Pindang Tetel terletak dari cara mengolah dan bumbunya. Bumbu Pindang Tetel berjumlah 24 jenis, salah satunya kluwek yang membuat kuahnya lebih hitam.

“Pindang Tetel itu olahan tetelan daging sapi yang berkuah dan irisan daun bawang, kluwek dijadikan bahan utama agar rasa gurih dan menghilangkan bau amis daging,” kata Bu Sugi.
Ciri khas lain adalah Pindang Tetel terletak pada cara penyajiannya. Biasanya makanan ini tersaji dengan kerupuk usek atau kerupuk yang digoreng dengan pasir serta kluban bothok.

Pindang Tetel tidak cocok beradu dengan kerupuk minyak, jadi harus kerupuk pasir,” ujarnya.

blankMenurut Bu Sugi, penamaan Pindang Tetel diambil dari daging yang ditetel atau dipotong kecil-kecil. Pemilihan dagingnya pun harus selektif, yakni daging yang dekat dengan tulang sapi.

Cita rasanya pun tak kalah dengan Rawon, gurihnya kluwek dan irisan bawang membuat rasa daging sapi menjadi khas tanpa bau amis. Rasa segar, gurih dan sedikit pedas, sangat menggoda lidah yang sangat cocok dinikmati sembari menikmati suasana sore hari.

Menurut sejarahnya, Pindang Tetel khas Pekalongan ini hanya disajikan di hajatan sunatan atau pernikahan. Namun seiring kemajuan zaman, kuliner ini sudah banyak dijual di sepanjang jalan, khususnya di daerah Kedungwuni.

“Karena dahulu memang berasal dari Ambokembang. Konon, dahulu Ambokembang melimpah hasil bumi kluweknya. Ketika dahulu kluwek diolah dengan tempe dan tahu tidak cocok di lidah, muncullah ide dicampur dengan daging sapi maka muncul Pindang Tetel, ” tutur perempuan yang sudah 20 tahun berjualan Pindang Tetel ini.

Jika ingin mencicipinya, gerobak Pindang Tetel Bu Sugi berada di sebelah kiri RSI Pekajangan. Harganya pun cukup terjangkau. Cukup mengeluarkan uang Rp8 ribu per porsi. Bagi yang berkunjung ke Pekalongan, tidak ada salah memanjakan lidah dengan Pindang Tetel. Tak hanya Bu Sugi, kuliner ini ada di sepanjang jalan Kedungwuni atau di alun-alun Bebekan.
ONE-Wahyu