blank
TOPENG KERTAS: Suradi, seniman pembuat topeng dan patung kertas, ketika tengah mengerjakan karya topeng kertas yang akan dipasarkan di berbagai tempat wisata. Foto: Muharno Zarka

WONOSOBO (SUARABARU.ID)- Kreativitas membawa berkah. Itulah setidaknya yang dialami Suryadi (49). Betapa tidak? Berkat tangan kreatif warga Sidoharjo RT 3 RW 4 Kelurahan Kejajar, Kecamatan Kejajar, Wonosobo itu, ekonomi keluarganya terus berputar.

Pria yang membiarkan rambutnya memanjang itu, selama ini dikenal sebagai seniman pembuat topeng dari kertas bekas. Selain sebagai perajin topeng, Pak Sur -demikian dia kerap disapa- juga dikenal sebagai pelukis dan pembuat taman.

Di rumahnya yang tidak begitu luas dan berlantai dua, ada puluhan topeng kertas hasil kerja kreatifnya. Topeng-topeng itu sebagian ada yang sudah jadi dan siap dipasarkan, ada pula yang masih mentah karena belum dipermak.

Topeng yang dia buat berbentuk dayak, kubro, jatilan maupun topeng cakil dan lainnya, seperti yang biasa dipakai penari kuda kepang. Pak Sur juga membuat topeng mainan untuk anak, dan patung kecil serupa orang rimba.

Topeng hasil kreasi ayah dua putra itu, setelah jadi lalu dipasarkan di tempat-tempat wisata, seperti di kawasan wisata Dieng, Candi Borobudur maupun di tempat-tempat wisata di wilayah Yogyakarta.

”Khusus di Dieng, kadang saya memasarkan topeng dan patung sendiri. Tapi jika ke Magelang dan Yogyakarta, dipasarkan orang lain. Mereka datang sendiri ke rumah mengambil topeng dan patung buatan saya,” katanya, Sabtu (28/12).

Dia menjual topeng berbagai jenis dan bentuk, seharga antara Rp 200.000 sampai Rp 300.000. Sedang patung anak rimba karena ukurannya kecil, dibandrol Rp 50.000 hingga Rp 100.000. ”Harga juga tergantung besar-kecilnya ukuran topeng dan patung,” ucapnya.

Buat Taman
Sementara itu, tarif pembuatan lukisan dinding dan taman Rp 150.000 per meter. Harga itu hanya terhitung tenaga, sedang material taman atau bahan lukisan dari pemesan. Dia kerap melukis dan membuat taman di hotel, kantor atau rumah pribadi.

Pak Sur mengaku mahir membikin topeng, patung, melukis dan mendesain taman, tumbuh secara alamiah dan belajar otodidak. Karena dirinya selama ini tidak pernah menempuh sedikit pun pendidikan di bidang seni lukis maupun seni kriya.

Suami dari seorang perempuan asal Magelang yang juga menguasai seni anyaman bambu itu, sangat bersyukur punya ketrampilan di bidang seni. Karena dari keahliannya itu ternyata bisa mendatangkan rezeki dan menjadi penopang ekonomi keluarganya.

Menurut Pak Sur, topeng dan patung hasil kreasi tangan terampilnya, dibuat dari bahan kertas koran bekas, bukan dari bahan kayu atau bahan lainnya, seperti yang banyak dibuat seniman lain.

Kertas koran bekas, tuturnya, sebelum dibikin topeng dan patung, terlebih dulu direndam dalam air, agar mudah dihancurkan. Kertas koran yang sudah basah itu lalu dilembutkan dengan cara di-bebek atau di-blender hingga menjadi bubur.

Bubur kertas koran seterusnya dibentuk atau dicetak pada tempat cetakan yang sudah dibuat seperti model topeng. ”Khusus pembuatan patung tidak menggunakan mal atau sketsa, tapi langsung dibentuk.” tutur Pak Sur.

Setelah dicetak atau dibuat topeng dan patung, kemudian dijemur di bawah terik sinar matahari. Penjemuran dilakukan agar topeng dan patung yang baru dibentuk cepat kering. Bila sudah kering baru diberi cat warna-warni.

blank
KARYA KREATIF: Tiap hari Suradi mengerjakan karya kreatif di rumahnya yang beralamat Sidoharjo RT 3 RW 4 Kelurahan Kejajar, Kecamatan Kejajar, Wonosobo. Foto: Muharno Zarka

Diberi Asesoris
Agar bentuk topeng menyerupai bentuk aslinya, maka topeng perlu diberi asesoris berupa bulu ekor kuda, sapi atau kerbau. Variasi lain bisa dibuat menggunakan spon. ”Untuk patung kaki dilapaki menggunakan stereofom,” tandasnya.

Dalam sehari, setidaknya seniman berambut gondrong itu, bisa menyelesaikan sekitar 10 topeng dan 10 patung. Pembuatan tidak bisa banyak, karena dalam membuat topeng dan patung butuh keterampilan khusus serta ketelatenan.

Dia mengungkapkan, produksi topeng dan patung, bisa berhenti jika dirinya kebetulan ada order pembuatan lukisan atau desain taman. Baru setelah lukisan dan desain taman selesai, produksi topeng dilanjutkan.

Topeng dan patung kertas buatan Pak Sur akan laris terjual di tempat wisata, jika musim liburan tiba. Kebanyakan pembelinya adalah anak-anak atau orang tua yang membelikan suvenir wisata untuk anaknya di rumah.

Namun demikian, ada pula kelompok kesenian kuda kepang, jatilan atau jaranan yang memesan untuk dipakai saat kelompoknya pentas. Karena terbuat dari kertas, topeng dan patung buatannya tidak terasa berat.

Bentuk patung orang rimba tampak unik sekali, karena bentuknya mini dan wajahnya terlihat lucu dengan cat warna hitam dikombinasi putih pada bagian wajahnya. ”Patung orang rimba sangat disukai anak-anak,” tegasnya.

Pegiat Masyarakat Pariwisata dan Ekonomo Kreatif Wonosobo, Agus Purnomo ketika mengunjungi rumah kreatif Pak Sur mengatakan, kerajinan topeng dan patung kertas ini layak dikembangkan untuk jadi ikon baru suvenir Wonosobo.

Muharno Zarka/Riyan