blank

WONOGIRI (SUARABARU.ID) – Reuni berasal dari dua suku kata, yakni Re (kembali) dan Uni (bersatu). Karena itu, reuni dapat diartikan sebagai pertemuan kembali untuk bersatu, setelah berpisah cukup lama. Ini biasa dilakukan oleh para bekas sesama teman sekolah, mantan kawan seperjuangan, para kerabat atau anggota komunitas organisasi, dan lain-lain.

Para siswa lulusan SMP Negeri 1 Wonogiri Tahun 1969 bersama para lulusan SMA Negeri 1 Wonogiri Tahun 1972, membentuk paguyuban dalam komunitas ASRI (Alumni Siswa Wonogiri). Maryono (65), sebagai anggota ASRI, menghitung acara reuni yang digelar Sabtu (14/12), di rumah makan tepi Waduk Gajahmungkur, Wonogiri, merupakan event pertemuan kembali setelah berpisah dalam kurun waktu setengah abad. Atau bagi mereka yang lulusan SMA Negeri 1 Wonogiri Tahun 1972, menjadi ajang pertemuan kembali setelah 47 tahun berpisah.

blank
Bertemu teman lama, saling jabat tangan dan berbagi khabar. Demikian yang terjadi saat reuni ASRI yang digelar di tepi Waduk Gajahmungkur, Wonogiri.

Sate Kambing
Panitia reuni ASRI 69-72 kali ini, diketuai Niniek dengan dukungan pengurus dan anggota ASRI. ”Kami mendapatkan sponsor dari sejumlah rekan yang peduli menjadi donatur,” jelas Niniek.

Niniek menyebut rekannya, Hermadi peduli menyajikan hidangan sate kambing lengkap dengan gulai dan tengklengnya. Cara menyajikannya pun unik, karena tukang sate terkenal di Wonogiri, diusung untuk membakar sate di tempat reuni. ”Agar tersaji sate yang segar dan hangat,” jelas Hermadi yang sukses menjadi pengusaha transportasi.

Menu kuliner tradisional khas Wonogiri, ikut disajikan seperti ikan bakar dan ikan goreng lengkap dengan sambal dan lalapan. Berikut sayur lombok ijo khas Wonogiren, plus tiwul (nasi berbahan tepung gaplek), urap dan sambel cabuk. Juga disuguhkan, aneka makanan ringan seperti pisang, kacang dan singkong rebus. Berikut tempe kripik dari bahan kedele dan kara benguk produk Grobog Wonogiri, serta kue lemper ketan, lentho dan lain-lain.

Ikut memberikan sambutan, Sri Harno (pensiunan Sekcam), Semedi (purnawirawan Pati TNI-AD) dan Sri Djarwaningsih (penisunan guru). Ustaz Komarudin yang pada Tahun 1969 lulus dari kelas III C SMP Negeri 1 Wonogiri, tampil memberikan tausiah dan memandu doa.

Hadir dalam acara temu kangen yang dikemas dalam acara reuni ini, para alumni yang datang dari Jakarta, Semarang, Surabaya, Yogyakarta, Madiun, dari Wonogiri dan sekitarnya.

blank
Mengenang masa-masa indah di sekolah. Demikian ketika sesama rekan satu angkatan sekolah menggelar acara reuni.

Daun Kelor
Anggota Asri, Sugeng Hadi Mulyana, tampil membeberkan pengalaman cara hidup sehat ala Nabi, dan teknik pijat untuk terapi kesehatan dan penyembuhan penyakit. Kemudian Sunarto (pensiunan karyawan Bank Jateng) dari Semarang, berbagi cara sehat menggunakan herbal dengan mengonsumsi bawang putih dan daun kelor.

Reuni genap setengah abad ini, berlangsung meriah, ketika sejumlah anggota ASRI tampil menyayikan aneka lagu. Didik dari Yogyakarta, mendendangkan ‘Keroncong Perdamaian’ dan tembang ‘Siapa Bilang Lansia Tak Berguna.’ Suprapto ‘Eropa’ (pensiunan karyawan BRI) yang tinggal di Eromoko, Wonogiri, bersama Purwatiningsih dari Madiun serta Semedi dari Jakarta, menyanyikan sejumlah tembang pop, dendang nyanyian campursari, sampai lagu daerah termasuk tembang dolanan tempo dulu ‘Cublak-cublak Suweng.’ Ini membuat suasana menjadi gayeng, meriah, karena dibarengi dengan joget ria.

blank
Mengawali acara reuni, para anggota ASRI 69-72 saling berjabat tangan untuk silaturahim. Sebelum kemudian diteruskan dengan acara yang lain.

Widodo, mengungkit kenangan lama tentang diri penulis. Yang dulu, PR karangan penulis sempat diragukan oleh guru, karena dianggap sebagai bukan karya sendiri. ”Ternyata kamu memang jago mengarang, nyatanya kamu mampu menjadi wartawan,” ujar Widodo.

Reuni sendiri dipahami dapat memberikan aneka manfaat. Yakni sebagai ajang tali silaturahmi, momentum nostalgia (menjadi hal yang menyenangkan bisa mengingat masa-masa sekolah, tiada masa paling indah, masa-masa di sekolah, sebagaimana lagu “Kisah Kasih di Sekolah”). Di bagian lain, reuni dapat dijadikan wahana untuk membangun networking dan sebagai ajang intermezzo.

Sekolah kita sama, tapi perjalanan nasib di hari kemudian menjadi berbeda-beda. Ada yang menjadi pengusaha sukses, jadi jenderal tentara, petinggi di BUMN, guru besar universitas dengan menyandang gelar Profesor, menjadi direktur perusahaan, karyawan, wartawan, dan lain-lain.

Bambang Pur-trs