blank
foto ilustrasi

blank

KEYAKINAN sebagian dari kita, saat ada warga sedang menggali kubur baru dan disitu ditemukan mayat yang diyakini masih utuh (kafan dan jasadnya) lalu diyakini  itu mayat  wali. Benarkah demikian?

Fenomena utuh itu terjadi oleh banyak hal, dan bisa juga dilami oleh banyak profesi. Misalnya, di Kediri, saat ada proyek pelebaran jalan, dari  40-an jenazah yang dipindah, ditemukan tiga mayat yang masih utuh, fisik maupun kain kafannya.

Dan setelah diteliti, ketiga mayat utuh itu semasa hidupnya memiliki profesi yang berbeda. Yang pertama dikenal sebagai modin desa yang selama hidup dikenal sangat saleh. Kedua, perempuan yang patuh pada suami, dan yang ketika pelaku curanmor atau pencuri spesialis sepeda motor.

Sekitar 25 tahun lalu di daerah Kudus, ditemukan dua mayat utuh. Yang seorang semasa hidupnya dikenal sebagai dukun bayi yang selalu menolong warga tanpa mementingkan imbalan, dan mayat utuh satunya lagi dikenal sebagai bandar penjudi bola.

Ada juga rumus ilmu titen untuk membedakan keutuhan mayat itu dapat dilihat dari warna kafan, apakah tetap putih dan memiliki aura cerah, kecoklat, atau mengitam. Selain itu faktor bau, ekspresi wajah dan magnet setelah mayat atau makam ditemukan juga bisa dijadikan indikasi, bagaimana ia semasa hidupnya.

Begitu halnya pengertian utuh, itu pun perlu juga diperjelas. Sebab ada yang semula dianggap utuh dan hampir dikeramatkan, namun setelah dibuka, ternyata mayat itu tinggal tulang. Hanya kainnya saja yang utuh.

Tetangga saya, seorang  imam masjid di Pulau Buru mengisahkan, saat ia memindah tujuh makam untuk kepentingan irigasi, setiap mayat yang dipindah itu bentuknya berbeda-beda.  Ada mayat yang tulangnya bersih, ada yang tulangnya hancur mengumpul jadi satu dan berwarna hitam, ada yang kain kafannya masih utuh, namun saat dipegang pada rontok seperti kayu lapuk.

Di Jombang, warga Dusun Bangunrejo, Mojowarno dikejutkan dengan ditemukan jasad yang sudah berumur 28 tahun dan kondisinya masih utuh. Jasad itu diketahui sebagai Mbok Raki yang semasa hidupnya adalah penghafal Alquran.

Pernah terjadi mayat Belanda masih utuh ketika ada pelebaran jalan tembus UGM dari Sagan, dan ternyata disitu ditemukan benda-benda akseories permata dari batu giok yang menempel pada  kulit mayat tersebut sehingga badan mayat tidak hancur.

Jadi selain faktor, mistis, azab, amalan, tanah yang kedap bakteri, juga ada faktor benda yang menyebabkan mayat  tetap utuh.

Tentang Mayat Utuh

Fenomena mayat  utuh itu ditanggapi berbeda. Ada yang berpendapat bahwa proses  terjadinya  mayat itu suatu kebetulan dimakamkan pada tanah, yang di situ bakteri tidak dapat hidup hingga terjadi proses mumifikasi secara alamiah.

Sedangkan dari kalangan tradisional, mayat utuh itu disebabkan empat faktor, yaitu Ngelmu, Laku, Lebu dan Bendu, yaitu :

  1. Ngelmu adalah faktor ilmu (batin) yang menyebabkan mayat seseorang tetap utuh. Informasi dari teman, di Kalimantan ada suatu kelompok (tarekat) yang mengajarkan ilmu ini. Bahkan, ilmu kebal yang jika ditirakati secara berlebihan atau berulang-ulang, saking kebalnya hingga dapat membuat mayatnya tetap utuh, ulat dan tanah tak mampu memakannya.
  2. Laku adalah faktor keutuhan mayat karena semasa hidup ia berprilaku sangat baik terhadap sesama dan kepada Tuhan hingga menyebabkan bumi menghormatinya, karena tidak berani “memakan”-nya.
  3. Lebu adalah faktoi utuh karena kondisi tanah dan atau alam sekitarnya. Misalnya, di Trunyam Bali, proses seperti ini dianggap hal yang biasa.
  4. Bendu adalah keutuhan mayat karena orang tersebut tidak diterima bumi, atau bumi menolaknya. Ini agar dijadikan pelajaran oleh generasi setelahnya, contoh paling populer adalah Firaun.

Intinya, utuhnya mayat itu terjadi karena banyak hal. Yaitu bumi menghormati mayat itu sehingga tidak berani memakannya, atau bumi muak hingga pilih untuk menolaknya. Wallahu a’lam.

Masruri adalah pengamat dan konsultan metafisika, tinggal di Sirahan, Cluwak, Pati.