blank
Rektor Unika Prof Dr F. Ridwan Sanjaya MS-IEC saat mewisuda salah satu lulusan Unika.  Foto : Dokumentasi Holy

SEMARANG (SUARABARU.ID) – Sebanyak 353 orang mahasiswa Universitas Katolik (Unika) Soegijapranata Semarang mengikuti prosesi wisuda periode III tahun 2019 Sabtu (14/12) di ruang Auditorium,  Gedung Albertus lantai 3, kampus setempat. Prosesi wisuda tersebut dipimpin langsung oleh Rektor Unika Prof Dr F. Ridwan Sanjaya MS-IEC

Rektor dalam sambutannya, menyikapi pernyataan Menteri Pendidikan RI Nadiem Makarim tentang “Indonesia sedang memasuki era gelar tidak menjamin kompetensi, kelulusan tidak menjamin kesiapan berkarya, akreditasi tidak menjamin mutu, dan masuk kelas tidak menjamin belajar” atau dengan kata lain kompetensi yang dimiliki lulusan menjadi poin utama. Namun, Rektor Unika menambahkan bahwa ada dua hal lain juga yang tidak kalah pentingnya dari kompetensi lulusan, yaitu soft skill dan adopsi teknologi.

Menurutnya, soft skill harus dimiliki oleh tiap -tiap mahasiswa Unika agar bisa menjadi akselerator atau sarana yang mampu menjadi pengimbang atau menunjang kompetensi yang dimiliki oleh masing-masing individu.  “Kalau ibarat tulang, soft skill itu seperti pelicin agar gerakan tulangnya mulus gitu lo, gerakannya agar lincah dan gesit”  ujar Rektor Unika yang akrab disapa Prof Ridwan.

Berkaitan dengan soft skill tersebut, Rektor Unika menyatakan bahwa mahasiswa/i Unika sejak pertama kali masuk perkuliahan hingga menjelang lulus telah dibekali dengan berbagai soft skill melalui berbagai kegiatan internal di dalam kampusnya. Kegiatan tersebut diantaranya : Arising The Grateful Winner (ATGW) untuk pembentukan kepribadian, program pelatihan kepemimpinan pada acara Latihan Kepemimpinan Tingkat Dasar (LKTD) dan Latihan Kepemimpinan Tingkat Lanjut (LKTL), serta acara pelatihan karier sebelum mahasiswa lulus dari Unika.

blank
Rektor Unika, Prof Dr. F. Ridwan Sanjaya MS-IEC. Foto : Dokumentasi Holy

“Kami menempatkan pengembangan  soft skills sebagai prioritas di dalam universitas karena hal ini diyakini dapat meningkatkan kemampuan adaptasi dan daya tahan lulusan pada saat memulai karirnya atau menghadapi dinamika dalam berkarir di masa depan,” tambahnya.

Sementara itu, berkaitan dengan adopsi teknologi, Prof Ridwan mengungkapkan berdasar laporan terakhir tahun 2019 dari McKinsey Global Institute bahwa ada banyak pekerjaan yang akan hilang di masa depan sekitar tahun 2030 akibat digitalisasi/ otomatisasi. Pekerjaan yang bersifat repetisi atau berulang-ulang akan tergantikan oleh robot. Sehingga penyiapan ketrampilan/ kompetensi teknis yang didukung dengan ketrampilan non-teknis menjadi dibutuhkan dalam menghadapi perubahan.

“Keterampilan nonteknis seperti kemampuan berpikir kritis, komunikasi, kepemimpinan, kerjasama, serta etos kerja, diyakini dapat mendorong lulusan semakin gesit dan lebih tangkas dalam menyikapi perubahan,”  jelasnya.

Di lingkungan Unika sendiri, Prof  Ridwan menyampaikan bahwa dalam menyikapi perubahan zaman, Unika memiliki sekitar 30 inovasi layanan digital yang memudahkan mahasiswa atau alumni untuk mendapatkan pelayanan dari kampus.  Lima dari 30 inovasi layanan digital tersebut yaitu : Dimas (Dashboard Informasi Mahasiswa), Vanika (Virtual Assistant Unika), Duta (Dukungan Kita), Hani (Halo Alumni), Delta (Dokumentasi Elektronik Tugas Akhir). Dalam waktu dekat pun Rektor Unika menyatakan berencana akan me-launching 2 inovasi layanan digital yaitu : Stela (Simulator Teknologi Pembelajaran) dan Holy (Hologram Library).

“Inovasi digital ini ditujukan untuk kenyamanan  mahasiswa dalam belajar dan mempercepat proses administrasi di kampus,” tandasnya.

Menurut Rektor Unika, kemampuan inovasi layanan digital seperti tersebut diatas perlu dimiliki oleh masing-masing lulusan Unika agar menjadi kebiasaan kebiasaan dalam menghadapi masa depan disamping memiliki keterampilan teknis dan nonteknis.

Daniel Holy-trs