blank
Pengurus Ranting Fatayat NU yang dilantik di Dusun Cengklok, Desa Butuh Lor, Kecamatan Kalikajar. (Foto: SuaraBaru.id/Muharno Zarka)

WONOSOBO (SUARABARU.ID) – Ketua Pimpinan Cabang (PC) Fatayat NU Wonosobo Haryati, SAg mengatakan jika kaum perempuan berdaya maka negara akan kuat. Karena perempuan merupakan penyangga kekuatan negara. Bila perempuan tak berdaya negara pun akan lemah.

“Karena itu, kaum perempuan Indonesia di mana pun berada harus memberdayakan diri, kuat, terampil dan cerdas. Posisi perempuan sebagai penopang kekuatan negara sangat penting. Kaum perempuan tidak boleh lemah dan tak berdaya,” tegasnya.

Penegasan tersebut dikatakan perempuan yang juga berprofesi sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Budi Pekerdi di SMA Negeri 1 Kertek Wonosobo di sela-sela melantik 5 Pengurus Ranting Fatayat NU Kecamatan Kalikajar.

Lima Pengurus Ranting Fatayat NU yang dilantik di Halaman Masjid Dusun Cengklok Desa Butuh Lor Kalikajar Wonosobo, Minggu (8/12) itu, yakni Fatayat NU Sukoyono Tegalombo, Nguwok Bowongso, Tempelsari Maduretno, Simbang dan Kedalon Kecamatan Kalikajar.

Kenapa perempuan menjadi penopang kekuatan negara? Ya, semua pemimpin di negeri ini merupakan generasi yang dilahirkan dari rahim seorang Ibu, yang merupakan kaum perempuan. Pendidikan kali yang pertama diterima anak juga dari seorang Ibu.

“Jika ibu yang notabene kaum perempuan tak berdaya maka akan melahirkan generasi yang lemah. Generasi yang lemah sudah barang tentu tak akan sanggup menyangga kekuatan negara dan kekuatan lain yang ada di negeri ini,” cetusnya.

blank
Ketua PC Fatayat NU Wonosobo, Haryati S Ag. (Foto: SuaraBaru.id/Muharno Zarka)

Perempuan Produktif

Menurut perempuan yang pernah menduduki jabatan Ketua Pimpinan Cabang (PC) Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) Wonosobo ini, pemimpin di semua level dari tingkat RT, RW, Desa, Kecamatan, Kabupaten, Propinsi hingga Negara, buah dari Ibu.

“Kader Fatayat NU sebagai perempuan muda yang masih produktif, baik dalam melahirkan keturunan, menjadi ibu rumah tangga maupun bekerja, harus mampu menjadi ujung tombak gerakan pemberdayaan kaum perempuan minimal di daerahnya sendiri,” pintanya.

Kalau bukan perempuan muda yang aktif, katanya, siapa lagi yang bisa diharapkan. Aktifis Fatayat NU menjadi penerima estafet bagi keberlangsungan gerakan pemberdayaan perempauan yang sudah dilakukan generasi pendahulu yang sekarang sudah sepuh.

“Apalagi tantangan di era global, terutama kemajuan tehnologi informasi yang begitu pesat, sangat berat. Anak-anak milenial sudah lebih pintar dalam menguasai teknologi digital ketimbang orang tuanya. Kaum perempuan kini musti melek tehnologi,” harapnya.

Masalah pendidikan karakter dan budi pekerti anak, singgungya, kaum Ibu sebagai orang tua menjadi pintu masuk penanaman akhlak dan moral. Karena itu, anak-anak perlu sekali dibekali dengan ilmu agama dan aqidah yang kuat agar menjadi pribadi luhur.

“Yang paling sederhana tapi fundamental gerakan pemberdayaan perempuan bisa dimulai dari tempat tinggal masing-masing. Pemberdayaan perempuan bisa dilakukan melalui jalur agama, pendidikan, ekonomi, kesehatan, lingkungan, budaya maupun politik,” bebernya.

Muharno Zarka/mm