blank
Petugas saat mengevakuasi jenazah peziarah yang tewas di makam keramat Eyang Wirojoyo Kusumo, Mejobo, Kudus. foto:Ist/Suarabaru.id

KUDUS (SUARABARU.ID) – Nasib naas dialami Edi Sutrisno (47) warga Desa Getas Pejaten RT 2/RW 2 Kecamatan Jati, Kudus. Pria paruh baya tersebut ditemukan tewas saat berziarah di makam keramat Eyang Wirojoyo Kusumo Sinuhun Pajajaran, Desa Mejobo RT 5/RW1, Kecamatan Mejobo, Kudus, Minggu (8/12).

Kejadian tersebut cukup mengegerkan warga setempat.  Petugas kepolisian yang mendapatkan laporan langsung mendatangi lokasi kejadian untuk melakukan visum.

Menurut  data dari petugas, peristiwa ini kali pertama diketahui oleh salah satu warga bernama Jumadi. Saat itu, ia tengah melintas dan mengira korban tengah tertidur di kawasan kuburan. “Kejadian pertama kali diketahui oleh saudara Jumadi yang saat itu melintas,” ucap Kapolsek Mejobo AKP Sartono.

Setelah melihat ada sesorang tertidur di area makam, lanjut Sartono, Jumadi kemudian menghampiri korban. Jumadi juga sempat menggoyang-goyang tubuh korban. Namun tidak ada reaksi, sehingga saksi memperkirakan korban sudah meninggal dunia. “Saksi ini lantas memanggil beberapa warga dan melaporkannya ke RT setempat,” ucapnya.

Tak butuh waktu lama, korban kemudian dievakuasi dengan bantuan sejumlah warga dan pihak kepolisian. Korban kemudian dibawa ke Puskesmas Jepang untuk dilakukan pemeriksaan.

Dari hasil pemeriksaan, tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan pada tubuh korban. Hanya ada satu luka lecet kecil pada tangan kanan kurang lebih 1 cm. Serta sudah ada lebam mayat pada punggung korban. “Tidak ada tanda kekerasan. Selanjutnya korban dibawa ke rumah duka untuk disemayamkan,” terangnya.

Makam Keramat

Makam  Eyang Wirojoyo Kusumo dipercaya masyarakat sebagai makam keramat. Lokasi makam ini berada tak jauh dari makam Eyang Suryo Kusumo yang juga merupakan tokoh keramat desa.

Eyang Suryo Kusumo sendiri merupakan  tokoh yang dipercaya sebagai cikal bakal Desa Mejobo serta penyebar agama Islam di sana. Sehingga, asal usul desa tersebut, tidak bisa dipisahkan dari jasa dan perjuangan Waliyullah yang bergelar Assayyid Ahmad Ba Faqih itu.

Peringatan haul Eyang Suryo Kusumo, sudah menjadi tradisi setiap tahun. Kegiatan rutin yang dilakukan oleh warga Desa Mejobo melibatkan Warga Desa Kirig, adalah kirab budaya.

Dari cerita turun temurun, Eyang Suryokusumo tersebut masih trah Mataram. Dia babat alas dan mendirikan Desa Mejobo. Konon daerah yang ditinggalinya terbebas dari biaya pajak, atau disebut tanah perdikan dari kata merdeka.

Selain daerah ini, desa-desa di sekitarnya tetap membayar pajak. Bahasa Jawanya, mbayar pajak kejaba tanah iki. Kata kejaba itulah yang kelak menjadi kata Mejobo hingga menjadi asal-usul nama desa.

Meski tidak seramai makan Sunan Kudus atau Sunan Muria, namun makam Eyang Suryo Kusumo menjadi salah satu tujuan para peziarah. Bahkan, tak jarang banyak peziarah yang datang dari luar kota.

Tm/Ab-trs