blank
Legenda bulutangkis yang dikenal dengan sebutan King Smash menandatangai kaos peserta audisi. foto:PB Djaru,/Suarabaru.id

KUDUS – Sebanyak 48 peserta berhasil lolos Tahap Turnamen di hari kedua Audisi Umum Djarum Beasiswa Bulutangkis 2019 di Kota Kudus, dengan rincian 16 peserta di kelompok U-11 Putra, 8 peserta (U-11 Putri), 16 peserta (U-13 Putra), dan 8 peserta (U-13 Putri). Mereka akan kembali bertanding sebanyak dua kali di hari ketiga, Selasa (19/11), guna meraih Super Tiket menuju tahap Final Audisi di Kudus pada 20-22 November 2019.

Di Tahap Turnamen, para peserta bertanding sebanyak dua kali sesuai kategori umur dengan sistem full games (poin 21 atau sampai dengan selesai). Usai pertandingan di masing-masing hari tersebut, akan diumumkan para peserta yang lolos ke babak berikutnya.

“Setelah Tahap Screening semakin terlihat pemain-pemain bagus dan berbakat. Di tiap kota-kota Audisi Umum pun juga sama, terlebih di Kudus ini, bahwa di Tahap Turnamen mereka saling berlomba dan bersaing untuk meraih beasiswa bulutangkis,” jelas Liem Swie King, salah satu legenda bulutangkis dunia yang ikut serta dalam tim pemandu bakat.

Menurutnya, para peserta audisi menunjukkan penampilan yang sangat luar biasa. “Untuk anak usia di bawah 11 tahun, berani tampil di lapangan dengan semangat juang yang tinggi, bagi saya itu luar biasa. Tapi nanti, kelak yang penting bagi anak-anak ini adalah pembinaannya,” tutur King, yang kali pertama bermain bulutangkis dengan raket papan di toko sepeda milik ayahnya di kawasan Jalan Sunan Kudus.

King yakin, pada Tahap Turnamen pamungkas Audisi Umum di Kudus, Selasa (19/11), sengitnya persaingan antar-peserta untuk mendapatkan Super Tiket akan semakin terpampang jelas. Pemilik julukan “King Smash” ini berharap, mata rantai pembibitan atlet-atlet bulutangkis tidak putus di tengah jalan.

“Saya tetap menaruh keyakinan bahwa Audisi Umum ini akan terus berlanjut, karena manfaatnya banyak sekali bagi masyrakat Indonesia. Di sisi lain, butuh kerja keras untuk mencari bibit-bibit berbakat dalam olahraga bulutangkis yang diharapkan dapat menjadi kebanggaan Indonesia,” jelasnya.

Terus Semangat

Sementara, bintang bulutangkis tanah air yang kini gantung sepatu, Liliyana Natsir yang juga menjadi bagian tim pemandu bakat,  berkesempatan memberikan motivasi pada peserta dan orang tuanya. Dalam sebuah acara bincang-bincang yang digelar di halaman depan GOR Djarum, Jati,  atlet yang akrab disapa Butet mengungkap masa lalunya saat meniti karier bulutangkis di ibukota Jakarta.

blank

“Kak Butet dari Manado ke Jakarta diantar sama Mama. Setelah itu Mama kembali pulang. Meski saya anak bungsu yang biasa dimanja, setelah ditinggal orangtua lalu dipaksa mandiri. Awalnya, rasanya dunia kiamat,” tuturnya.

“Kalau kangen kampung halaman, musti pergi ke wartel (warung telepon) untuk telepon interlokal ke Manado. Memang jaman sekarang yang sudah bisa video call,” tambah Butet, yang disambut tawa para penggemarnya.

Di hadapan ratusan anak dan orangtua yang menjejali muka panggung, Butet menyebut dirinya sebagai tipe manusia yang “tidak mau kalah”. “Tentunya dalam arti positif. Jika saya kalah hari ini, besok harus menang! Baru saya puas,” katanya.

Butet, yang kini juga bertugas sebagai Technical Adviser PB Djarum, menemukan banyak hal baru saat memikul tanggungjawab baru di Audisi Umum. “Dari balik meja Tim Pencari Bakat, saya kini yang menilai, memantau, lalu mencari, anak-anak yang bertanding di lapangan. Seperti kilas balik ke awal karier saya di Manado dulu, tapi bedanya tanggungjawab baru sebagai pencari bakat,” jelas Butet, yang mengakhiri kariernya dengan sederet gelar juara bergengsi.

Mengingat masa lalunya, nekat meninggalkan kampung halaman pada usia relatif masih belia, Butet lantas menyelipkan pesan bagi para pebulutangkis yang tengah berjuang melalui Audisi Umum di Kudus.

“Dalam olahraga itu ada menang dan belum berhasil. Pada saat belum diterima, bukan berarti gagal total. Tetaplah semangat untuk terus berlatih, karena kalian masih punya kesempatan untuk mencoba lagi. Jangan cepat kecewa,” kata pebulutangkis yang sudah akrab dengan bulutangkis saat usianya baru menginjak 9 tahun.

“Ketika sudah berhasil masuk PB Djarum, disiplin menjadi hal yang utama. Kalian harus fokus latihan dengan giat. Jika pelatih kasih program, jangan tawar. Malah sebaliknya, tambah latihan jika dirasa kurang. Dan juga harus atur dengan baik istirahat dan makan,” pesan Butet.

Suarabaru.id/Tm