blank
Camat Slogohimo, Khamid Wijaya (ketiga dari kanan), menyerahkan potongan tumpeng, menandai event ambal warso (HUT) Ke I Pasar Tradisional Doplang. Ikut mendampingi Danramil-22 Slogohimo Kapten (Arm) Yadiman (kanan).

WONOGIRI –  Penyebutan ambal warsa sengaja dipilih sebagai pengganti pengucapan ulang tahun. Demikian dengan even peringatan genap setahun Pasar Tradisional Doplang, Desa Pandan, Kecamatan Slogohimo (45 Kilometer arah timur Kota Wonogiri). Minggu (17/11), tempat transaksi warga pedesaan yan dikemas unik tersebut, tepat berusia setahun.

Hadir dalam peringatan HUT Ke 1 Pasar Doplang, Camat Slogohimo, Khamid Wijaya, Danramil-22 Slogohimo Kapten (Arm) Yadiman, Kapolsek Slogohimo yang diwakili Ipda Sugiono, Anggota DPRD dari Kecamatan Slogohimo, Suyoto, Sekcam Slogohimo, Sarosa, Babinsa Koramil-22 Slogohimo Sertu Budi Tarigan, Serda Suherman,  Koptu Sujoko, Koptu Awaludin, dan Koptu Dwi S. Turut hadir pula Kepala Desa (Kades dan Lurah  se Kecamatan Slogohimo, Kepala UPTD Puskesmas Slogohimo yang diwakili Susanto, Lurah Pasar Tradisional Doplang, Wahid.

”Maaf Pak Bupati tidak dapat hadir, karena ada acara rapat mendadak ke Jakarta,” jelas Camat Slogohimo, Khamid Wijaya saat memberikan sambutan pada even genap setahun Pasar Doplang. Kepada hadirin, Camat Khamid Wijaya menyampaikan pesan bahwa Bupati Wonogiri Joko Sutopo, memberikan apresiasi terhadap keberadaan Pasar Doplang. Harapan agar Doplang mampu bertahan sebagai pasar tradisional yang mampu eksis bersaing di era modern ini, disampaikan Danramil-22 Slogohimo Kodim 0728 Wonogiri Kapten (Arm) Yadiman. ”Mari pasar tradisional pedesaan ini kita ramaikan bersama, karena kalau bukan kita siapa lagi yang peduli meramaikannya,” tandas Danramil, sembari mengharapkan agar kepada semua pihak juga peduli menjaga kebersihannya.

blank
Para anggota Babinsa di Koramil 22 Slogohimo Kodim 0728 Wonogiri (kiri), juga ikut menghadiri keramaian event ambal warsaPasar Tradisional Doplang.


Pasar Doplang mulai muncul setahun yang lalu, digagas oleh ibu-ibu pengurus Dasawisma Dusun Kembar, Desa Pandan, Kecamatan Slogohimo, Kabupaten Wonogiri. Kemunculannya, dimotori Ny Lilis Endang Haryanti. Awalnya hanya sepuluh pedagang yang berjualan di halaman rumah, sebagai embrio pasar krempyeng (ramainya hanya sesaat). Kemudian berkembang dan bergeser ke pinggir jalan desa. Sebulan kemudian, menempati lokasi yang sekarang, atas kerelaan Riyanto sebagai pemilik lahan. Sekarang jumlah bakul (pedagang) yang berjualan mencapai sekitar 75 orang. Mereka setiap setiap Minggu pagi, berjualan aneka komoditas kuliner tradisional minuman dan makanan.

Sebagai pasar tradisional, transaksi di Pasar Doplang dilaksanakan secara unik, karena dikemas dalam nuansa seni. Semua percakapan yang dilakukan para bakul dan pengunjung, memakai komunikasi Bahasa Jawa. Ini sebagai upaya melestarikan keberadaan Bahasa Jawa sebagai bahasa ibu bagi masyarakat pedesaan. Dalam bertransaksi, disediakan koin pengganti uang. Juga pantang menggunakan plastik sebagai bungkus atau kemasan dagangan. Ini dimaksudkan sebagai bentuk edukasi mencintai pelestarian lingkungan yang alami. Tiga hal ini, yang dirasa unik dan barangkali hanya terjadi di Pasar Doplang.

blank
Transaksi jual beli di Pasar Doplang dilakukan secara unik, memakai koin pengganti uang, dan berkomunikasi dalam Bahasa Jawa.

Bertepatan dengan acara ambal warso kapisan (HUT petama), Lurah Pasar Doplang, Abdul Wahid, menyediakan koin penukar uang untuk transaksi bernilai Rp 60 juta. ”Mohon maaf bila tidak semua pengunjung mendapatkan koin,” jelas Abdul Wahid. Untuk memeriahkan momentum ulang tahun Pasar Doplang, disajikan aneka hiburan beragam atraksi seni, yakni seni tari, reog dadak merak, tembang macapat, karawitan anak, membaca geguritan, musik bambu, dan atraksi olahraga demo freestyle sepeda mini. Masyarakat yang berbondong-bondong datang, meluber sampai ke tegalan dan lahan pertanian milik penduduk.

suarabaru.id/Bambang Pur