blank
DOLANAN: Suasana latihan dolanan anak di rumah milik keluarga Ulfa Novita Sari di Desa Plosorejo, Kecamatan Tawangharjo. Latihan ini dilakukan setiap Jumat secara rutin selama dua jam. Foto: Hana Eswe

GROBOGAN– Selain mempopulerkan batik Grobogan, Ulfa Novita Sari terus berupaya mengajak generasi muda, untuk kembali mengenal sejarah budaya masa lalu lewat dolanan tradisional. Bentuk edukasi yang diterapkan dalam kegiatan itu yakni, mengajak anak-anak berlatih dan terus bermain aneka ragam permainan tradisional.

Setiap Jumat sore, Ulfa dan suaminya, Sepatian Yudha Pradana, melatih anak-anak dengan beragam permainan. Antara lain bermain dakon (congklak), gobag sodor, engklek, cublak-cublak suweng, seledhur (ular naga), dan sebagainya. Untuk menggiatkan anak-anak yang dibinanya itu, rumahnya yang ada di Desa Plosorejo, Kecamatan Tawangharjo, menjadi arena bermain bagi anak-anak asuhannya.

BACA JUGA : Pelari Kenya Rajai BorMar 2019, Kejutan Atlit Indonesia

”Ini sebenarnya bentuk swadaya kami yang peduli dengan nasib anak bangsa kita kelak. Masalahnya, saat ini perkembangan teknologi semakin hari semakin berkembang maju. Dan setiap anak-anak sudah terpapar dengan perkembangan itu hanya dari sebuah telepon pintar. Dari kesedihan itu, akhirnya anak-anak yang tinggal di sekitar Desa Plosorejo ini, saya ajak bermain di joglo rumah saya ini,” ujar Ulfa, dalam keterangannya kemarin.

”Bahkan orang tua mereka datang ke sini, dan meminta saya agar terus mengajarkan aneka ragam permainan tradisional lainnya kepada anak-anaknya. Akhirnya, terjadi kesepakatan setiap hari Jumat diadakan latihan ini. Yang saya herankan, mereka justru tidak ada rasa tertekan mengikuti kegiatan ini,” tambahnya.

blank
SUAMI ISTRI: Ulfa Novita Sari dan suaminya Sepatian Yudha Pradana, turun langsung dalam mengajarkan anak-anak dalam melestarikan permainan tradisional. Foto: Hana Eswe

Saat ini sekitar 25 anak melakukan latihan permainan tradisional setiap hari Jumat. Sebanyak 20 anak berasal dari Plosorejo, sedangkan empat lainnya berasal dari Purwodadi, dan seorang lagi datang jauh dari Wirosari. Meski berlatar belakang domisili yang berbeda, tetapi anak-anak binaan Ulfa tetap kompak pada saat latihan.

”Ibaratnya melatih mereka seperti pohon mangga. Dimulai saya memungut biji mangga dan saya sedang menanamnya dengan merawat dan memeliharanya, sehingga kelak bisa dipanen. Saya hidup cuma sekali, Insya Allah ingin mempersiapkan yang terbaik untuk generasi seterusnya,” pungkas Ulfa.

suarabaru.id/Hana Eswe