blank
Pengurus bank samah di KOta Magelang mengikuti latihan membuat tas belanja dan tas jinjing dari bahan daur ulang, (Humas Pemkot Magelang)

 

MAGELANG – Ratusan pengurus bank sampah di Kota Magelang berlatih membuat tas belanja dan tas jinjing berbahan daur ulang sampah kain dan plastik. Hal ini seiring upaya Pemkot Magelang mengurangi produksi sampah, dan meningkatkan nilai tambah produk daur ulang (recycle).

Latihan yang berlangsung di Balai Latihan Kerja (BLK) Kota Magelang beberapa waktu lalu, diikuti 120 peserta di bawah bimbingan pengurus bank sampah induk Kota Magelang.

Kabid Pengelolaan dan Penanganan Sampah Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Magelang, R Jaka Prawistara mengatakan, peserta tidak hanya pengurus bank sampah dari tingkat kota hingga rukun warga (RW) saja, tetapi juga pengurus bank sampah dari sekolah adiwiyata.

‘’Latihan dibadi dua hari. Hari pertama berlatih membuat tas jinjing berbahan perca, kain, dan potongan-potongan plastik mi instan serta kopi. Hari kedua berlatih membuat tas belanja juga dari bahan yang sama,’’ ujarnya.

Dia menuturkan, penanganan sampah tidak sekadar memilah mana organik dan anorganik, tapi juga mampu mengolahnya menjadi produk yang bernilai. Kalau organik bisa diolah menjadi pupuk organik, sedang anorganik bisa didaur ulang menjadi kerajinan atau produk lain.

‘’Pengurus bank sampah harus memiliki kemampuan membuat produk kerajinan tersebut. Seperti tas jinjing dan tas belanja yang didaur ulang dari kain dan plastik. Tas ini bisa dilipat hingga berukuran kecil seperti laiknya gantungan kunci,’’ tuturnya.

Tidak hanya tas, lanjutnya, untuk mempercantik penampilan dibuat pula boneka kecil, agar ketika dilipat hingga ukuran kecil bisa seperti gantungan kunci yang cantik. Bentuknya bisa panda, ikan atau hewan lucu lainnya.

‘’Kalau mau dipake lipatan bisa dibuka dan akan terlihat bentuk tas. Ukuran bisa disesuaikan dengan kebutuhan, kalau tas belanja bisa lebih besar. Jadi, kalau kita ke pasar bisa bawa tas sendiri dari rumah yang membawanya sangat simpel, tinggal digantungkan saja di dompet,’’ terangnya.

Kasi Penanganan Sampah DLH Kota Magelang, Widodo menambahkan, pelatihan seperti ini memang rutin diadakan tiap tahun dengan tema berbeda. Tujuannya mengurangi sampah dan menambah nilai ekonomis bagi pengurus bank sampah.

‘’Tas daur ulang ini memiliki potensi yang besar untuk dijual. Misalnya dibuat souvenir atau dijual secara daring dengan harga lumayan. Hasilnya bisa untuk menambah penghasilan keluarga,’’ paparnya.

Selain itu, juga untuk pendidikan karakter di sekolah-sekolah adiwiyata. Pengelola bank sampah di sekolah bisa mengajarkan murid-muridnya untuk mendaur ulang sampah menjadi barang yang bernilai.

‘’Sekaligus kita juga ingin menggairahkan kembali bank sampah di tingkat RW. Terutama yang mulai kendor semangatnya atau bahkan mati suri,’’ ungkapnya. Jumlah bank sampah di Kota Magelang sekitar 57 unit. (hms)

Editor : Doddy Ardjono