blank
Tiap kelas wajib menampilkan tepuk tangan hak anak dan yel-yel ramah anak dalam memperingati Hari Anak Internasional di SMP Negeri 2 Wonosobo. Foto : SuaraBaru.id/Muharno Zarka

WONOSOBO-Acara outdoor classroom day atau belajar di luar kelas yang dihelat SMP Negeri 2 Wonosobo dalam rangka memperingati Hari Anak Internasional (HAI), di halaman sekolah setempat, Kamis (7/11), berlangsung semarak dan gayeng.

Hari itu, seluruh kelas dikosongkan. Siswa-siswi dan guru sekolah yang berada di Jl Bhayangkara No 10 Wonosobo itu, melakukan proses pembelajaran di luar kelas. Kegiatan belajar mengajar (KBM) berupa permainan tradisional dan senam jadul.

Keheningan sekolah yang biasanya senyap pun pecah jadi ingar-bingar. Suara gelak tawa siswa dan guru mewarnai halaman sekolah yang siang itu terasa panas. Nyanyian lagu campursari yang dilantunkan guru dan siswa kian membuat suasana tambah ramai.

Kepala SMP Negeri 2 Wonosobo Saryono mengatakan kegiatan belajar di luar kelas diawali guru menyambut siswa dengan 3S yakni senyum, salam dan sapa di gerbang pintu masuk SMP Negeri 2 ketika anak-anak mulai memasuki komplek sekolah di pagi hari.

“Setelah itu anak-anak berkumpul di halaman sekolah untuk menyanyikan lagu Indonesia Raya secara bersama-sama. Pagi itu anak-anak juga diajak sarapan dari bekal yang sudah disiapkan orang tua. Sebelum makan, siswa-siswi cuci tangan dan doa bersama,” katanya.

blank
Anak-anak sedang memainkan permainan lompat tali.(foto: SB/Muharno Zarka)

Selesai makan anak kembali berdoa dan cuci tangan. Selanjutnya semua anak wajib baca buku dan membersihkan lingkungan mulai dari kelas masing-masing hingga ke halaman dan taman sekolah. Listrik yang masih menyala dan kran air yang mengalir dimatikan.

“Kegiatan ini selain mewujudkan sekolah yang bersih dan sehat, anak-anak juga biar merasa happy dan fun sepanjang hari. Aneka permainan tradisional dan senam jadul dihelat secara bersama-sama sehingga suasana sekolah jadi semarak,” tambahnya.

Ramah Anak

Menurut Saryono, SMP Negeri 2 Wonosobo termasuk sekolah ramah anak. Karena itu, tidak boleh ada kekerasan, pembullyan dan kesedihan di lingkungan sekolah. Yang ada adalah kebersamaan dan kegotong-royongan. Anak harus senang dan gembira di sekolah.

“Sebagai sekolah ramah anak dalam outdoor class day, tiap kelas harus menampilkan yel-yel sekolah ramah anak dan tepuk hak anak. Yel-yel yang dipekikan anak berbunyi tak ada kekerasan, tak ada pembullyan dan tak ada kesedihan, yang ada kebersamaan,” cetusnya.

Selama berlangsung permainan tepuk hak anak dan yel-yel sekolah ramah anak, suasana tampak riuh dan ingar-bingar, sebab pada saat yang bersamaan di halaman sekolah juga digelar permainan tradisional dakon, bekel, lompat tali dan gobak sodor.

Guru Bimbingan dan Penyuluhan SMP Negeri 2 Wonosobo Teguh Bihun menambahkan khusus permainan gobak sodor dilombakan antar kelas. Tiap kelas wajib mengirimkan tim putra dan putri untuk dinilai oleh guru.

“Bagi tim gobak sodor terbaik diberi penghargaan. Tiap tim memainkan permainan terbaiknya. Gobak sodor sebagai pemainan tradisional kini memang sudah jauh dari anak-anak. Anak milenial kini perlu dikenalkan dengan permainan tradisional,” katanya.

Aneka permainan tradisional yang dimainkan anak-anak, tambahnya, sebagai upaya mendekatkan kembali permainan tempoe doeloe itu, pada generasi masa kini yang hidup di tengah pesatnya perkembangan dunia teknologi informasi.

“Acara dipungkasi dengan deklarasi dan pengkukuhan tim sekolah ramah anak, penandatanganan komitmen bersama antar siswa dan untuk selalu menjaga kebersamaan di lingkungan sekolah dan menyanyikan lagu Maju Tak Gentar,” katanya.

SuaraBaru.id/Muharno Zarka