blank
Kabid Irigasi dan air Baku Dinas Pengelolaan Sumber Daya air dan Penataan Ruang (DPSDAPR) Brebes, Ana Dwi Rahayuning Rizky.

BREBES – Puluhan mantri pengairan di Kabupaten Brebes diajak ke Bali untuk mempelajari sistem pengairan. Melalui kegiatan studi itu, diharapkan mantri air di Kabupaten Brebes bisa menerapkannya di wilayah kerja masing-masing.

Kabid Irigasi dan air Baku Dinas Pengelolaan Sumber Daya air dan Penataan Ruang (DPSDAPR) Kabupaten Brebes, Ana Dwi Rahayuning Rizky ditemui, Senin (4/11) mengaku, sistem pengairan yang ada di Subak, Tabanan, Bali dinilainya sangat luar biasa bagus. Masyarakatnya sangat menjunjung tinggi kearifan lokal. Bahkan, ada tradisi tertentu yang bisa menghimpun masyarakat untuk mengerjakan sesuatu secara bersama-sama tanpa harus dibayar.
Menurutnya, di sana untuk bulan Januari sampai dengan saat ini tidak pernah diguyur hujan. Namun dengan pola pengaturan bendungan yang baik, mereka masih bisa bercocok tanam. Untuk itu, perlu adanya kesadaran dari masyarakat di Brebes agar bisa mengolah bendungan atau irigasi untuk pertanian.

Untuk itu, lanjut dua, pihaknya akan melakukannya melalui Ulu-ulu yang selama ini menjadi corong antara petani dan pemerintah. Dia menilai, sampai dengan ini kesadaran petani di daerahnya masih kurang. Bahkan tidak sedikit saluran irigasi yang baru selesai dibangun sudah dibobol guna mendapatkan suplai air. Padahal secara aturan itu tidak diperbolehkan.
“Karena ketebatasan dana, kemarin hanya 21 dari 35 mantri pengairan yang ikut dalam studi ke Bali,” terang Ana.

Dijelaskan, untuk saat ini ada 449 daerah irigasi yang menjadi kewenangan Pemkab Brebes. Dari jumlah itu, ada yang masih baik, sedang dan kurang baik. Saat ini dinasnya masih terus menginfentarisir jaringan/saluran irigasi yang ada di Brebes dengan memanggil para manteri pengairan. Dengan harapan di bulan Desember proses inventarisasi sudah selesai.
Dikatakan, saat ini di Kabupaten Brebes masih  berlangsung kemarau. Sehingga petani tidak bisa mendapatkan suplai air. Dengan demikian banyak petani yang berhenti menanam hingga datang musim penghujan. “Saat ini petani memang lagi tidak menanam, sehingga kita tidak tau persis adanya gagal panen akibat tidak adanya suplai air,” jelasnya.

Dia menambahkan, untuk mendukung sistem pengairan di wilayah Kabupaten Brebes memang dibutuhkan anggaran yang tidak sedikit guna membangun dan membenahi sarana pengairan/irigasi. Dan untuk tahun 2020, pihaknya telah mengusulkan anggaran senilai Rp 3,7 miliar. “Anggaran tersebut diperuntukan untuk perbaikan saluran irigasi sekaligus honor Ulu-ulu. Mengingat saat ini Pemkab sudah mulai memberikan honor bagi mereka,”pungkas Ana.

SUARABARU.ID/harviyanto