blank
FOTO BERSAMA: Wakil Rektor Bidang Perencanaan dan Kerjasama UNS, Prof Dr rer nat Sajidan (paling kanan), didampingi Dr Sapta Kunta Purnama selaku Dekan FKOR UNS (dua dari kanan) tengah membuka Seminar Nasional Intervensi Psikologis terhadap Peningkatan Performa Pelaku Olahraga yang digelar Fakultas Keolahragaan (FKOR), Sabtu (2/11). (suarabaru.id/Adji W)

SOLO, SUARABARU.ID –Intervensi psikologis terhadap pelaku olahraga bisa menyumbang prestasi atlet, namun keberhasilannya sangat tergantung dari jenis cabang olahraga.

Paparan tersebut disampaikan Dr Sapta Kunta Purnama saat menjadi narasumber seminar nasinal Intervensi Psikologis terhadap Peningaktan Performa Pelaku Olahraga, di kampus setempat, Sabtu (2/11).

“Intervensi psikologis pada cabang olahraga panahan, sangat tinggi sekali perannya,” tegas Sapta Kunta Purnama.

Dalam materi bertajuk  “Pelatihan Mental untuk Atlet Disabilitas”, Sapta Kunta yang juga Dekan FKOR UNS menyampaikan, disiplin terkait psikologis harus betul-betul diterapkan. Semisal, manakala atlet  dalam kecemasan atau kalut, dipastikan tidak akan muncul performa terbaik.

Diakuinya, referensi psikologi olahraga di Indonesia agak sulit. Untuk beberapa cabang olahraga seperti bulu tangkis, psikologis olahraga sudah diterapkan dalam pembinaan sejak 1967 silam.

„Namun untuk cabang olahraga lain belum sepenuhnya diterapkan. Selama ini sebagian sudah diterapkan, tapi belum maksimal dilakukan,” ucapnya.

Pada kesempatan sebelumnya, Wakil Rektor Bidang Perencanaan dan Kerjasama Universitas Sebelas Maret Surakarta, Prof Dr rer nat Sajidan dalam sambutannya berharap penyelenggaraan seminar nasional dapat menjawab tuntutan revolusi industri 4.0.

Dalam revolusi industri sebagaimana disebut terakhir, proses pembelajaran tidak hanya bertumpu pada konektivitas internet saja, namun juga dapat dilakukan melalui forum atau diskusi.

“Di era revolusi industri 4.0 semuanya harus berubah. Sebab dengan adanya digitalitation advance kita harus siap menghadapi segala perubahan yang ada,” katanya.

“Selain itu, pembelajaran revolusi industri 4.0 tidak hanya lewat kekuatan internet, tapi bagaimana skill yang kita sampaikan kepada mahasiswa dapat memenuhi tuntutan abad 21 atau 4.0,” sambung Prof Sajidan.

Suarabaru.id/Adji W