blank
Kopda Rudiyanto, Babinsa dari Koramil-20 Kodim 0728 Wonogiri, bersama Komunitas Relawan Independen (KRI) memberikan bantuan air bersih kepada warga di tiga dusun di Desa Pucung, Kecamatan Kismantoro, Kabupaten Wonogiri.

WONOGIRI – Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) di Bandung, diminta untuk memberikan bantuan kajian teknis dan pemetaan alur sungai dalam tanah di Kabupaten Wonogiri. Karena potensi sungai dalam tanah di kawasan batuan kars bentang selatan Pulau Jawa tersebut, berpotensi dapat diekploitasi untuk menanggulangi bencana kekeringan yang datang setiap musim kemarau.

”Kami sudah melayangkan permintaan itu ke Badan Geologi di Bandung,” tegas Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Wonogiri, Bambang Haryanto. Harapannya, itu sebagai langkah penanggulangan bencana kekeringan secara permanen, bagi ribuan penduduk yang selalu mengalami kesulitan air saat datang musim kemarau.

Wilayah yang dimintakan untuk dilakukan kajian teknis dan pemetaan potensi keberadaan sungai dalam tanah, meliputi Kecamatan Paranggupito, Giritontro, Pracimantoro, Eromoko dan Giriwoyo. Lima wilayah kecamatan tersebut, masuk dalam  zona merah rawan kekeringan di Kabupaten Wonogiri.

Bambang Haryanto, menyatakan, ada 8 wilayah kecamatan di Kabupaten Wonogiri yang masuk dalam zona merah peta kekeringan yang setiap datang musim kemarau selalu dilanda kekeringan. Yakni Kecamatan Paranggupito, Giritontro, Pracimantoro, Eromoko, Giriwoyo, Nguntoronadi, Manyaran dan Selogiri. Pada musim kemarau 2019 ini, peta zona merah rawan kekeringan bertambah 5 kecamatan, yaitu Kecamatan Tirtomoyo, Batuwarno, Purwantoro, Kismantoro, dan Karangtengah.

Zona merah rawan kekeringan tersebut mencakup 40 desa, dengan jumlah warga sebanyak 47 ribu lebih. Selama musim kemarau 2019 ini, mereka bergantung pada pembelian air dari pelayanan mobil tangki. Sebab, potensi air telaga dan sumber mata air belikan serta bak Penampungan Air Hujan (PAH) telah lama mengering.

Fenomena kekeringan Tahun 2019 ini, masuk kategori ekstrem dan menjadi kekeringan terparah kedua di Kabupaten Wonogiri sejak Tahun 2015 lalu. Pemicunya, karena sejak Bulan April 2019 lalu hujan telah berhenti, dan tidak pernah ada hujan kiriman. Ini menjadikan sifat musim kemarau saat ini menjadi kemarau kering.

Untuk menyikapi bencana kekeringan di musim kemarau sekarang ini, Pemkab Wonogiri menyediakan dana Rp 1 miliar untuk memberikan bantuan air kepada warga yang dilanda kekeringan. ”Setiap hari, kami rata-rata melakukan droping bantuan air sebanyak 25 sampai 27 mobil tangki,” jelas Kepala BPBD Kabupaten Wonogiri, Bambang Haryanto. Mobil tangki yang dioperasionalkan untuk melakukan droping bantuan air berjumlah 6 buah. Sampai akhir Bulan Oktober 2019 lalu, telah dilakukan droping bantuan air sebanyak 2.773 mobil tangki.

Jumlah tersebut, belum termasuk bantuan dari para donatur sebagai pihak ketiga, yang peduli terhadap bencana kekeringan di Wonogiri. Sebagaimana yang dilakukan oleh Babinsa Kopda Rudiyanto dari Koramil-20 Kismantoro Kodim 0728 Wonogiri, bersama Komunitas Relawan Independen (KRI), peduli memberikan bantuan air untuk warga di Desa Pucung, Kecamatan Kismantoro, Kabupaten Wonogiri. ”Ada tiga dusun di Desa Pucung yang mengalami kekeringan, yakni Dusun Jeladri, Gupakan dan Gandring,” jelas Kopda Rudiyanto.

suarabaru.id/Bambang Pur