blank
Salah satu situs bangunan Candi Hindu di kawasan dataran tinggi Dieng yang punya nilai sejarah tinggi dan jadi maghnet bagi wisatawan untuk berwisata di tempat tersebut. Foto : SuaraBaru.id/Muharno Zarka

WONOSOBO-Asosiasi Guru Sejarah Indonesia (AGSI) mendesak kepada pemerintah agar kawasan dataran tinggi Dieng dapat dijadikan sebagai world heritage site (situs warisan dunia). Pasalnya di seputar pegunungan Dieng ternyata banyak situs sejarah bernilai tinggi.

Presiden Asosiasi Guru Sejarah Indonesia (AGSI) Sumardiansyah Perdana Kusuma melalui Pengurus AGSI Pusat Bidang Humas Heni Purwono, Rabu (30/10), mengatakan belum lama ini telah ditemukan batuan candi yang diduga bekas bangunan candi Prau di Dieng.

“Setelah berkomunikasi dengan berbagai pihak, sebagian besar sepakat batuan bekas bangunan candi Prau di Dieng perlu diselamatkan dan dijadikan sebagai benda cagar budaya. Batuan bernilai sejarah tersebut harus dirawat dan dilestarikan,” katanya.

blank
Museum Kailasa di Dieng menjadi salah satu tempat untuk menyimpan benda-benda situs sejarah yang ditemukan di sekitar dataran tinggi Dieng. Foto : SuaraBaru.id/Muharno Zarka

Merujuk pada laporan Raffles di buku The History of Java, imbuh Heni, Dieng sebenarnya memiliki banyak sekali bekas bangunan candi. Disebutkan di buku tersebut, dalam beberapa menit saja kunjungan ke Dieng, beliau sudah mendapati lebih dari 400 candi.

“Itu artinya masih banyak situ sejarah lain yang belum ditemukan kembali di Dieng. Bangunan candi Prau sendiri jelas tergambar dalam buku Raffles karena ada sketsanya. Dimungkinkan ada bangunan-bangunan lain yang punya nilai sejarah penting,” jelas Heni.

Karenanya, AGSI meminta agar kawasan Dieng dapat dijadikan sebagai situs warisan dunia. Dengan begitu, maka pengelolaan untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan kajian sejarah, jelas akan lebih maju dan Dieng bisa dijadikan sebagai pusat studi sejarah dan budaya.

Sedot Wisatawan

“AGSI ingin Dieng seperti Malaka di Malaysia atau Sangiran Sragen. Saya yakin ketika dikelola unit khusus pemerintah pusat akan lebih baik dan hal itu akan berpengaruh terhadap meningkatnya jumlah wisatawan domistik maupun mancanegara,” harapnya.

Menurut Heni, kawasan dataran tinggi Dieng mempunyai prasyarat itu semua. Selain sebagai kawasan cagar budaya, Dieng sudah banyak diakui dunia punya fenomena alam yang sangat mempesona yakni eksotis, magis dan indah sehingga mampu menyedot wisatawan.

Sejarawan Universitas Airlangga Surabaya asal Banjarnegara Purnawan Basundoro mengungkapkan untuk kepentingan penelitian lebih lanjut, lantaran ada penemuan batuan candi Prau, proyek pembangunan rest area musti dihentikan terlebih dahulu.

Tim Ahli Cagar Budaya Jawa Tengah Dr Ufi Saraswati M Hum menambahkan pihaknya masih mengkaji mengenai temuan yang ada di Dieng. Namun pihaknya sependapat temuan cagar budaya harus didahulukan ketimbang pembangunan rest area.

“Saya langsung koordinasi dengan Balai Pengelola Cagar Budaya (BPCB) Jateng dan Balai Arkeologi (Balar) Yogyakarta dan juga teman-teman komunitas. Kekuatan kawasan dataran tinggi Dieng kan ada pada tinggalan sejarah dan keindahan alam,” katanya.

Ketika salah satu rusak atau hilang, tambah dosen Sejarah Universitas Negeri Semarang itu, maka kekuatan Dieng akan timpang. Maka penting untuk tidak gegabah melanjutkan pembangunan rest area itu sebelum temuan batu-batu candi itu diteliti lebih lanjut.

SuaraBaru.id/Muharno Zarka